digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2005 YUSKA
PUBLIC rikrik

Abstrak: Pengelolaan hutan konvensional yang dilaksanakan di masa lampau yang menitik beratkan pada pengelolaan hutan yang berbasis pada produksi hasil hutan kayu, telah dianggap gagal dalam melestarikan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegagalan tersebut dinilai sebagai akibat dari cara pendekatan yang kurang tepat, yakni bersifat sentralistik atau top down, serta dengan tidak melibatkan masyarakat setempat dalam kegiatannya, baik dalam kegiatan perencanaan maupun dalam pelaksanaannya, Sebagai dampak dari kegagalan tersebut secara nyata dapat dilihat dari telah terjadinya kerusakkan hutan dan timbulnya ketimpangan, baik ketimpangan penghasilan antara masyarakat lokal dengan pihak pengelola hutan maupun ketimpangan wilayah antara wilayah setempat (hinterland) dengan wilayah perkotaan (pusat pertumbuhan). Sebagai respon atas perubahan dan perkembangan tatanan sosial kemasyarakatan saat ini, pada beberapa tahun terakhir telah terjadi perubahan paradigma pegelolaan hutan yang menuju kearah pemberdayaan masyarakat, yang dikenal dengan istilah program perhutanan sosial. Salah satu program perhutanan sosial yang dilaksanakan di Kabupaten Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan adalah program Membangun Hutan Bersama Masyarakat (MHBM) yang dilaksanakan oleh HPHTI PT. Musi Hutan Persada (MHP) di areal Hutan Tanaman Industri (HTI), dengan sasaran utama dari program MHBM tersebut adalah melestarikan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Sebagai pilot project program perhutanan sosial yang dilaksanakan di areal Hutan Tanaman Industri (HTI), untuk efektifitas dan keberlanjutan program MHBM ini di masa yang akan datang, perlu diketahui tingkat keberhasilan dari program tersebut dalam mencapai sasarannya. Namun sejauh ini belum pernah dilakukan suatu kajian/evaluasi terhadap keberhasilan program tersebut. Adapun studi ini bertujuan untuk mengkaji keberhasilan program MHBM dalam melestarikan hutan, yang berupa lestari fungsi produksi dan lestari fungsi ekologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut, dan upaya-upaya yang harus dilakukan guna keberlanjutan dan keefektifan program tersebut di masa yang akan datang. Metode yang digunakan pada studi ini adalah metode survei before dan after. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer melalui wawancara dan penyebaran kuesioner. Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif yang berupa pengujian statistik non parametrik (pengujian Mc Nemar dan pengujian Chi-Square) dan statistik deskriptif, yang dilengkapi dengan analisis kualitatif. Lingkup wilayah studi meliputi wilayah Desa Suban Jeriji Kecamatan Rambang Dangku dan wilayah Desa Tanjung Agung Kecamatan Tanjung Agung. Indikator yang digunakan dalam studi untuk melihat keberhasilan program MHBM dalam melestarikan hutan berupa lestari fungsi produksi adalah penambahan luas kawasan hutan produktif dan penurunan intensitas kebakaran hutan. Untuk lestari fungsi ekologi, indikator yang digunakan adalah ketersediaan sumberdaya air dan perlindungan populasi satwa. Untuk sasaran peningkatan kesejahteraan masyarakat digunakan indikator Kesejahteraan Keluarga BKKBN, yaitu indikator ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangan, dan papan), serta indikator non ekonomi berupa kebutuhan ibadah dan kebutuhan sosial lainnya (pendidikan dan kesehatan). Berdasarkan hasil analisis yang telah dilaksanakan, program MHBM yang dilaksanakan di kedua wilayah studi telah berhasil mencapai sasaran pelestarian hutan berupa lestari fungsi produksi dan tidak berhasil mencapai sasaran pelestarian hutan berupa lestari fungsi ekologi. Untuk sasaran peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, program MHBM yang dilaksanakan di wilayah Desa Suban Jeriji telah berhasil mencapai sasarannya, sedangkan untuk program MHBM yang dilaksanakan di wilayah Desa Tanjung Agung tidak berhasil mencapai sasarannya.