digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Panas bumi merupakan salah satu sumber energi yang saat ini banyak dikembangkan. Indonesia memiliki 127 gunung api karena dekat dengan jalur subduksi lempeng sehingga memiliki potensi panas bumi yang cukup tinggi. Kebutuhan untuk mengetahui lokasi kedalaman setiap komponen sistem panas bumi seperti sumber panas (source rock) dan reservoir sangat penting untuk dapat lebih memahami sebuah lapangan panas bumi dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk prospek di masa depan. Dalam penelitian ini, fenomena gelombang permukaan dari aktivitas gempa regional digunakan untuk dapat menganalisa kurva dispersi yang bertujuan untuk mendapatkan struktur kecepatan 1-D bawah permukaan melalui proses inversi dari kurva dispersi tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data katalog gempa regional yang memiliki ts-tp > 3 detik di Lapangan Panas Bumi Patuha pada periode bulan Januari-Maret 2018. Data gempa yang digunakan direkam dengan menggunakan 9 seismometer tipe borehole yang tersebar di sekitar wilayah penelitian. Penentuan titik-titik kurva dispersi dilakukan dengan menggunakan software Sval dengan memanfaatkan informasi informasi yang terkandung dari analisa frekuensi-waktu menggunakan teknik multiple-filtering. Perangkat lunak Sval mencari titik kurva dispersi dengan menghitung spektogram dari data rekaman sinyal gelombang. Kriteria kontinuitas kurva dispersi diterapkan pada program untuk pemilihan titik kurva dispersi yang lebih baik. Struktur kecepatan 1-D bawah permukaan diperoleh dari implementasi inversi kurva dispersi berdasarkan metode isometrik, yaitu metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah non linier lemah agar mendapatkan hasil yang lebih optimal. Berdasarkan hasil inversi yang diperoleh di beberapa titik seismometer, pada elevasi 1,5 km nilai Vp dan Vs yang cenderung naik dapat berasosiasi dengan keberadaan batuan tudung, nilai Vp dan Vs yang turun pada elevasi 0,5 km dapat berasosiasi dengan keberadaan reservoir, dan nilai Vp dan Vs yang tinggi di elevasi -0,5 km dapat berasosiasi dengan keberadaan heat source.