Busur Sunda-Banda merupakan busur magmatik yang kaya akan endapan mineral
di Indonesia, salah satunya adalah endapan tembaga porfiri. Akan tetapi,
persebaran sistem tersebut pada busur ini tidak merata. Daerah penelitian terletak
pada dua lokasi yang berbeda, lokasi yang pertama adalah Kompleks Intrusi Batu
Hijau yang terletak di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat sedangkan
lokasi yang kedua adalah Kompleks Intrusi Tana Daro yang terletak di Pulau
Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kompleks Intrusi Batu Hijau dan Tana
Daro adalah kompleks intrusi yang berumur Tersier dan terletak pada Busur
Sunda-Banda. Meskipun demikian, fertilitas magma kedua kompleks tersebut
berbeda. Batu Hijau adalah kompleks intrusi yang berasosiasi dengan endapan
tembaga porfiri, sedangkan Tana Daro adalah kompleks intrusi barren. Penelitian
ini bertujuan untuk membandingkan petrogenesis dan karakteristik magma yang
memengaruhi perbedaan fertilitas magma di kedua lokasi tersebut berdasarkan
data geokimia sehingga diharapkan dapat menjadi alat bantu vectoring eksplorasi
regional di Indonesia. Metode yang digunakan adalah analisis data sekunder
dengan menggunakan diagram variasi unsur. Hasil analisis petrogenesis
menunjukkan bahwa Kompleks Batu Hijau dan Tana Daro terletak pada
lingkungan tektonik busur kepulauan. Kompleks Batu Hijau memiliki seri magma
toleitik dan kalk-alkali, sementara Kompleks Tana Daro adalah kalk-alkali.
Sumber magma kedua kompleks tersebut berasal dari peleburan mantel, akan
tetapi pada Kompleks Batu Hijau terjadi modifikasi sumber. Hal tersebut menjadi
pembeda perilaku fraksionasi kristal dari kedua kompleks yang ditunjukkan
dengan nilai Sr/Y yang meningkat pada Batu Hijau dan penurunan nilai Sr/Y pada
Tana Daro seiring dengan diferensiasi. Karakteristik magma pembeda fertilitas
mineralisasi di kedua kompleks adalah kandungan air dan fugasitas oksigen dalam
magma. Kompleks Batu Hijau memiliki kandungan air dan fugasitas oksigen yang
lebih tinggi hingga mencapai FMQ+2 dibandingkan Kompleks Tana Daro.