digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ryan Aji 12013012.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

COVER Ryan Aji 12013012.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 1 Ryan Aji 12013012_1.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 2 Ryan Aji 12013012_1.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 3 Ryan Aji 12013012_1.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 4 Ryan Aji 12013012_1.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 5 Ryan Aji 12013012_1.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 6 Ryan Aji 12013012_1.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

PUSTAKA Ryan Aji Frans Jaya
PUBLIC Dedi Rosadi

LAMPIRAN Ryan Aji 12013012.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Batu Hijau merupakan salah satu lokasi penambangan tembaga dan emas yang terletak di bagian barat Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. PT. Amman Mineral Nusa Tenggara saat ini sebagai pemegang kontrak karya di Batu Hijau dengan luas wilayah sekitar 12 km x 6 km. Penelitian dilakukan untuk menentukan tatanan geologi, alterasi, mineralisasi dengan studi khusus penyebaran kerapatan dan tipe-tipe urat kuarsa serta hubungannya terhadap kadar Cu dan Au pada penampang 090 (barat-timur) tambang terbuka Batu Hijau. Data primer didapatkan dari hasil deskripsi pada tujuh sumur inti bor, pengamatan petrografi terhadap 20 sayatan tipis dan lima sayatan poles, XRD (X-Ray Diffraction) dan ditambah dengan data sekunder berupa data assay kadar Cu dan Au. Adapun pengolahan data dan analisis dilakukan secara kualitatif yakni melalui metode overlay (penindihan) antar penampang. Secara umum, daerah penelitian merupakan kompleks intrusi yang terdiri dari (tua ke muda) Satuan Andesit, Satuan Diorit Kuarsa, Satuan Tonalit Intermedier dan Satuan Tonalit Muda. Zona alterasi dibedakan menjadi 4 zona, yakni Zona Biotit – Aktinolit – Kuarsa, Zona Klorit – Kalsit – Epidot – Aktinolit, Zona Serisit – Klorit – Kalsit – Kuarsa, dan Zona Kaolinit Kuarsa. Mineralisasi utama daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 zona berdasarkan jumlah dominan yang hadir, yakni Zona Bornit, Zona Kalkopirit dan Zona Pirit. Zona kerapatan urat berdasarkan kelimpahannya pada setiap interval pengukuran dibagi menjadi 4 kelas, yaitu kelas melimpah (>10%), sedang (5-10%), jarang (1-5%) dan sangat jarang (<1%). Tipe urat kuarsa daerah penelitian terdiri dari tipe Mt, A, B, C dan D. Hasil analisis menunjukkan zona alterasi dan mineralisasi terjadi dalam 3 tahap, yakni tahap awal, transisi, dan akhir yang kehadirannya dikontrol oleh intrusi Satuan Tonalit Intermedier. Perkembangan tipe urat kuarsa tipe Mt dikontrol oleh Satuan Tonalit Muda, sementara tipe urat kuarsa lainnya dikontrol oleh perkembangan alterasi. Kadar Cu dan Au berhubungan dengan kerapatan dan tipe urat kuarsa tertentu. Semakin rapat urat kuarsa, maka semakin tinggi pula kadar Cu dan Au dengan penyebaran urat kuarsa paling melimpah di bagian tepi Satuan Tonalit Intermedier dan Diorit Kuarsa. Kadar Cu dan Au yang tinggi juga dibawa oleh urat kuarsa Tipe A yang penyebarannya juga berasosiasi dengan Zona Alterasi Biotit – Aktinolit – Kuarsa.