Tanaman Angelica keiskei (Miq.) Koidzumi (Ashitaba) telah dibudidayakan di
Lombok (Pegunungan Rinjani) Indonesia, dan digunakan secara empirik sebagai
diuretik, menurunkan tekanan darah, diabetes, dan mencegah obesitas. Daun dan
batangnya merupakan bagian tanaman yang sering dikonsumsi oleh masyarakat.
Ciri khas pada tanaman ini adalah getah kuning yang terdapat pada bagian
batangnya. Pada getah kuning batang A. keiskei diketahui mengandung senyawa
utama kalkon yaitu xantoangelol (XAG), dan 4-hidroksiderisin (4-HD). Secara
umum penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa
XAG dan 4-HD dari ekstrak getah kuning batang A. keiskei, kemudian dilanjutkan
dengan menelaah aktivitas inhibisi terhadap enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril-koA
(HMG-KoA) reduktase, ?-glukosidase, dan dipeptidil peptidase-IV (DPP-IV)
secara in silico, serta menelaah aktivitas inhibisi pada enzim terpilih yaitu enzim ?-
glukosidase, dan DPP-IV secara in vitro.
Bagian yang digunakan pada tahap awal adalah daun, batang dan getah kuning
batang A. keiskei. Kepada masing-masing simplisia daun dan batang sebanyak 100
dimaserasi selama 72 jam menggunakan etanol 96% (1 : 6,5), kemudian dipekatkan
sehingga diperoleh rendemen berturut-turut sebesar 6,48 dan 6,53 % b/b. Sebanyak
750 mL getah kuning batang A. keiskei dikering-bekukan, dan diperoleh serbuk
kuning-jingga sebanyak 31,59 g. Analisis kualitatif dilakukan pada ekstrak etanol
daun, batang, dan getah kuning menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) F254
sehingga dapat diamati pola kromatogram senyawa utama tanaman A. keiskei. Hasil
kromatogram KLT menunjukkan spot terbaik yang mengandung senyawa utama
tanaman A. keiskei adalah ekstrak etanol getah kuning. Penelitian ini memberikan
data awal bagian tanaman yang akan digunakan untuk proses isolasi senyawa
utama.
Proses isolasi dilakukan pada serbuk getah kuning batang A. keiskei. Serbuk getah
kuning (10 g) dilarutkan dalam 50 mL etanol 96%, kemudian filtrat etanol getah
batang ditambahkan air sebanyak 100 mL, lalu dilanjutkan dengan ekstraksi caircair tiga kali dengan menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannya (1:1; v/v
triplo) sehingga menghasilkan rendemen berturut-turut, yaitu, fraksi n-heksana
(0,43 g), fraksi etil asetat (5,86 g), dan fraksi air (2,90 g). Pada fraksi etil asetat (2
g) dilakukan fraksinasi lebih lanjut menggunakan kromatografi kolom gravitasi (2,0
x 45 cm) yang dikemas dengan 32,33 g Kieselgel 60, dan dielusi menggunakan fase
gerak kombinasi n-heksana-aseton (100:0
?
0:100 v/v) sehingga menghasilkan
subfraksi F1-F6. Hasil analisis kualitatif menggunakan kromatografi lapis tipis
(KLT) menunjukkan senyawa utama terdapat pada subfraksi F3 dan F5.
Pada subfraksi F3 (300 mg) dilakukan pemisahan lebih lanjut menggunakan
kromatografi kolom gravitasi sehingga diperoleh isolat dari subfraksi sbf3C
sebanyak 75,5 mg yang disebut sebagai isolat 1. Karakterisasi selanjutnya dari
isolat 1 dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV, spektroskopi massa,
dan resonansi magnetik inti (NMR). Hasil menunjukkan bahwa panjang gelombang
serapan maksimum pada 364 nm, serta memiliki massa [M+H]
+
m/z = 339,22
dengan rumus molekul C21H22O4. Hasil analisis
13
C-RMI (125 MHz) dan
1
H-RMI
(500 MHz), serta RMI dua dimensi (2D) dilakukan dengan koherensi kuantum
tunggal heteronuklir (
1
H,
13
C gHSQC), kemudian dikonfirmasi bahwa isolat 1
merupakan senyawa 4-hidroksiderisin (4-HD).
Subfraksi F5 (770 mg) dipisahkan lebih lanjut dengan kromatografi kolom gravitasi
sehingga diperoleh isolat pada subfraksi sbf5L sebanyak 194,2 mg yang disebut
sebagai isolat 2. Isolat 2, merupakan kristal kuning yang memiliki titik leleh 114-
114,4
o
C. Karakterisasi selanjutnya dari isolat 2 dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV, spektroskopi massa (TOF-MS-ES+), dan resonansi magnetik
inti (RMI). Hasil menunjukkan bahwa panjang gelombang serapan maksimum pada
368 nm, serta memiliki massa [M+H]
+
m/z = 393,20 dengan rumus molekul
C25H28O4. Hasil analisis
13
C-RMI (125 MHz) dan
1
H-RMI (500 MHz), serta RMI
dua dimensi (2D) dilakukan dengan koherensi kuantum tunggal heteronuklir (
1
H,
13
C gHSQC), kemudian dikonfirmasi bahwa isolat 2 merupakan senyawa
xantoangelol (XAG).
Tahapan penelitian selanjutnya dilakukan proses penambatan molekul pada enzim
HMG-KoA reduktase, ?-glukosidase, dan DPP-IV secara in silico. Struktur kristal
enzim yang digunakan adalah 1HW9, 3W37, 1X70 yang diperoleh dari Protein
Data Bank (PDB). Program Open Babel, PLANTS1.2, shell script MGLTools1.5.6
digunakan untuk preparasi awal ligan dan reseptor. Program AutoDock Vina 1.1.2
digunakan untuk proses penambatan ulang. Program Pymol dan PoseView
digunakan untuk perhitungan root mean square deviation (RSMD) dan visualisasi
hasil penambatan ulang. Simvastatin, akarbosa, dan sitagliptin digunakan sebagai
ligan pembanding. Penelitian ini memberikan data energi interaksi (Ei), tetapan
inhibisi (Ki), dan mode ikatan antara ligan uji (isolat) dengan reseptor (enzim).
Hasil studi in silico antara simvastatin dengan HMG-KoA reduktase menunjukkan
adanya lima ikatan hidrogen dengan residu asam amino di kantung aktif enzim yaitu
Arg590, Ser684, Lys691, Lys735, Asn755, dengan energi interaksi (Ei) -6.97
kkal/mol; konstanta inhibisi (Ki) 10,8 ?M. Senyawa 4-HD menunjukkan tiga ikatan
hidrogen dengan Arg590, Ser684, dan Lys735. 4-HD juga membentuk interaksi
hidrofobik dengan Lys692, Leu853, dan Ala856. Senyawa XAG berinteraksi
dengan HMG-KoA reduktase melalui pembentukan empat ikatan hidrogen, yaitu
dengan Lys691, Lys735, dan Asn755, selain itu juga diamati adanya jembatan
garam dengan Arg590 dan Asp690, serta interaksi hidrofobik dengan Cys561,
Lys735, Leu853.
Berdasarkan hasil penambatan molekul kedua senyawa tersebut, baik XAG (Ei = -
7,31 kkal/mol; Ki = 4.65 ?M) maupun 4-HD (Ei = -6,7 kkal/mol; Ki = 13,3 ?M)
dapat berinteraksi dengan beberapa residu asam amino penting pada cis-loop
(kantung aktif) HMG-KoA reduktase, yang menyerupai interaksi simvastatin. Oleh
karena itu dapat diprediksi bahwa kedua senyawa tersebut mungkin dapat
menghambat HMG-KoA reduktase. XAG memiliki afinitas interaksi pada HMG-
KoA reduktase lebih baik daripada 4-HD.
Hasil studi in silico antara akarbosa dengan ?-glukosidase menunjukkan akarbosa
berinteraksi membentuk tiga ikatan hidrogen dengan residu asam amino Asn237,
Arg552, Asp558. Selain itu juga diamati adanya jembatan garam dengan Asp232,
Asn237, Trp239, Asp469, Met470 (Ei = -7,81 kkal/mol; Ki = 2,14 ?M). Senyawa
4-HD berinteraksi dengan ?-glukosidase melalui pembentukan satu ikatan hidrogen
dan jembatan garam dengan Asp232, serta 5 interaksi hidrofobik. Senyawa XAG
dapat berinteraksi dengan ?-glukosidase melalui pembentukan ikatan hidrogen
dengan Ala234 dan jembatan garam dengan Asp232, serta 9 interaksi hidrofobik.
Berdasarkan hasil penambatan molekul kedua senyawa tersebut, baik XAG (Ei = -
7,81 kkal/mol; Ki = 1,99 ?M) maupun 4-HD (Ei= -7,4 kkal/mol; Ki 3,99 ?M) dapat
berinteraksi dengan beberapa residu asam amino penting posisi 232-237 pada Nterminal pita N-loop (kantung aktif) ?-glukosidase, yang menyerupai interaksi
akarbosa. Oleh karena itu dapat diprediksi bahwa kedua senyawa tersebut mungkin
dapat menghambat ?-glukosidase. XAG memiliki afinitas interaksi pada ?-
glukosidase lebih baik daripada 4-HD.
Hasil studi in silico antara sitagliptin dengan DPP-IV menunjukkan interaksi
dengan dua residu asam amino Glu205 dan Glu206 dengan membentuk jembatan
garam, kemudian terdapat lima interaksi hidrogen dengan residu asam amino
Ser209, Arg125, Arg358, Tyr662, dan Asn710, serta interaksi hidrofob (?–?)
dengan Phe357 (Ei = -9,24 kkal/mol; Ki = 0,172 M). Senyawa 4-HD berinteraksi
dengan DPP-IV melalui dua ikatan hidrogen dengan Glu206 dan Tyr662 pada
gugus hidroksil 4-HD, dan interaksi ?-?dengan Phe357 pada cincin A. Senyawa
XAG berinteraksi dengan DPP-IV melalui dua ikatan hidrogen dengan Glu205 dan
Glu206, dan interaksi ?-?dengan Phe357 pada cincin B. Berdasarkan hasil
penambatan molekul kedua senyawa tersebut, baik XAG (Ei = -8,34 kcal/mol; Ki=
0,873 ?M) maupun 4-HD (Ei = -7,42 kkal/mol; ki = 3,99 ?M) dapat berinteraksi
dengan beberapa residu asam amino penting Glu205 dan Glu206 pada subsitus S2,
serta terdapat interaksi dengan residu asam amino Phe357 pada subsitus S2 ekstensif
di kantung aktif enzim DPP-IV, yang menyerupai interaksi sitagliptin. Oleh karena
itu dapat diprediksi bahwa kedua senyawa tersebut mungkin dapat menghambat
DPP-IV. XAG memiliki afinitas interaksi pada DPP-IV lebih baik daripada 4-HD.
Tahapan akhir penelitian ini adalah menguji aktivitas penghambatan senyawa XAG
dan 4-HD terhadap enzim ?-glukosidase dan DPP-IV secara in vitro menggunakan
96-microwell plate. Pengujian pertama dilakukan pada enzim ?-glukosidase.
Aktivitas penghambatan terjadi karena adanya reaksi enzimatis antara enzim ?-
glukosidase dengan p-nitrofenil-?-glukopiranosa (PNPG) sebagai substrat.
Absorbansi p-nitrofenol yang dilepaskan dianalisis menggunakan Multiscan pada
panjang gelombang 405 nm. Akarbosa digunakan sebagai kontrol positif. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa nilai IC50 senyawa XAG dan 4-HD berturut-turut
adalah 14,45 µM dan 80,82 µM, penghambatan aktivitas kedua senyawa tersebut
lebih baik dari akarbosa dengan nilai IC50 = 207 µM.
Pengujian in vitro dilanjutkan pada enzim DPP-IV. Aktivitas penghambatan terjadi
dengan reaksi enzimatis antara enzim DPP-IV dengan Gli-Pro-p-Nitroanilida
Hidroklorida (GPPN) sehingga melepaskan p-nitroanilin (pNA), produk berwarna
kuning. Absorbansi p-NA yang dilepaskan dianalisis menggunakan Multiscan pada
panjang gelombang 405 nm. Sitagliptin digunakan sebagai kontrol positif. Hasil uji
in vitro menunjukkan bahwa senyawa XAG dan 4-HD dapat menghambat enzim
DPP-IV dengan nilai IC50 = 10,49 µM dan 13,95 µM. Namun, penghambatan
aktivitas kedua senyawa tersebut lebih lemah dari sitagliptin dengan nilai IC50 =
0,87 µM.
Kedua senyawa utama XAG dan 4-HD diprediksi memiliki peran dalam
mekanisme antiDMT2 melalui penghambatan pada enzim ?-glukosidase dan DPP-
IV terbukti secara in silico dan in vitro, serta dapat dijadikan sebagai senyawa
identitas pada tanaman A. keiskei. Aktivitas penghambatan senyawa utama terhadap
enzim ?-glukosidase lebih baik dari akarbosa. Ekstrak etanol daun dan batang A.
keiskei dapat dikembangkan menjadi salah satu alternatif produk herbal dalam
mengatasi DMT2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan uji aktivitas antidiabetes
secara in vivo pada hewan, uji toksisitas akut dan/atau subkronik, serta uji
farmakokinetik pada hewan.