Perubahan penggunaan lahan dan penurunan stok karbon yang diakibatkan merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) yang berdampak terhadap perubahan iklim. Sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung telah banyak mengalami perubahan penggunaan lahan. Oleh karena itu, diperlukan rekomendasi strategi penggunaan lahan di Kabupaten Bandung untuk mengurangi emisi GRK. Tujuan umum penelitian ini adalah menyusun rekomendasi strategi penggunaan lahan wilayah Kabupaten Bandung untuk mengurangi emisi GRK akibat perubahan penggunaan lahan. Tujuan khusus penelitian adalah: (1) mengetahui jenis dan luas penggunaan lahan serta pola perubahan penggunaan lahan Kabupaten Bandung tahun 2009-2019; (2) mengetahui perubahan stok karbon dan emisi GRK akibat perubahan penggunaan lahan; (3) membandingkan pemanfaatan ruang aktual dengan alokasi tata ruang Kabupaten Bandung; dan (4) menentukan faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan. Jenis penggunaan lahan yang dianalisis adalah hutan, tanaman pertanian lahan kering (TPLK), tanaman pertanian lahan basah (TPLB), lahan terbangun, semak belukar, dan tanah terbuka. Pola perubahan penggunaan lahan, perubahan stok karbon dan emisi GRK, serta inkonsistensi pemanfaatan ruang diketahui melalui analisis spasial. Faktor yang memengaruhi secara signifikan ditentukan melalui regresi linear berganda metode stepwise; dianalisis dengan metode wawancara stakeholder; dan dibobotkan dalam matriks Internal strategic factors analysis summary (IFAS)/External strategic factors analysis summary (EFAS) untuk menyusun rekomendasi strategi. Berdasarkan hasil analisis spasial diketahui bahwa perubahan TPLK menjadi lahan terbangun seluas 2.151 ha telah menyebabkan emisi 14.265 ton CO2-eq/tahun; dan perubahan hutan menjadi semak belukar seluas 1.885 ha menyebabkan emisi 32.544 ton CO2-eq/tahun. Estimasi emisi yang dihasilkan akibat perubahan penggunaan lahan tahun 2009-2019 adalah 29.737 ton CO2-eq/tahun. Luas inkonsistensi pemanfaatan ruang aktual terhadap alokasi tata ruang hutan, TPLK, TPLB, dan lahan terbangun secara berturut-turut adalah -16.658; 20.033; 8.648; dan -24.539 ha. Faktor yang memengaruhi perubahan penggunaan lahan secara signifikan adalah inkonsistensi pemanfaatan lahan hutan aktual dengan alokasi tata ruang. Nilai IFAS dan EFAS faktor-faktor yang memengaruhi inkonsistensi lahan hutan secara berturut-turut adalah 2,614 dan 2,659 dan berada pada kategori “growth/stability”, dengan nilai faktor terbesar adalah adanya kebijakan pendekatan vegetatif oleh pemerintah daerah (kekuatan); kurangnya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat (kelemahan); berkembangnya industri kopi Jawa Barat (peluang); pertambahan jumlah penduduk dan kurangnya lahan milik adat (ancaman). Strategi yang dipilih adalah strategi pertumbuhan dengan cara memperluas kegiatan masyarakat dalam agroforestri kopi dan mengembangkan jaringan informasi dan komunikasi antar pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat dengan pengadaan kerjasama melalui Bumdes dan UMKM.