Industri pengolahan air, termasuk air limbah merupakan salah satu kontributor yang
signifikan terhadap pemanasan global akibat penggunaan energi listrik yang tinggi. Di
Indonesia, 65% pembangkitan energi listrik masih menggunakan sumber batu bara yang
memiliki emisi gas rumah kaca tinggi. Sementara itu, industri air sebenarnya memiliki
beberapa potensi pemanfaatan energi baru dan terbarukan salah satunya dengan
pemasangan PLTS. IPAL S di Pulau Jawa yang terletak di sebelah Waduk S dengan luas
40.000 m2
memiliki potensi itu yaitu melalui pemanfaatan luasnya permukaan air waduk
untuk pemasangan PLTS secara terapung. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan
kebutuhan energi listrik IPAL, kapasitas PLTS dan output energinya, penggunaan energi
PLTS oleh IPAL, reduksi emisi GRK tak langsung dari pengalihan penggunaan listrik
jaringan ke PLTS, dan kelayakan keekonomian pemasangan PLTS terapung. Penelitian ini
menggunakan simulasi aplikasi bebas akses Global Solar Atlas untuk mengestimasi output
energi PLTS terapung pada luas maksimum waduk yang diperbolehkan oleh regulasi untuk
dimanfaatkan. Hasilnya, dapat dipasang PLTS dengan kapasitas 1,36 MWp yang
menghasilkan energi rata-rata harian sebesar 4.513 kWh per hari. IPAL S sendiri
membutuhkan energi listrik sebesar 17.776 kWh per hari, sehingga seluruh energi PLTS
dapat dimanfaatkan oleh IPAL. Pemanfaatan energi dari PLTS selama 25 tahun masa
hidupnya menghasilkan potensi reduksi emisi gas rumah kaca dari penggunaan listrik
sebesar 22,2%-23,9% dengan beberapa skenario proyeksi faktor emisi.