Adanya limbah berupa 2000-6000an limbah kayu tiap minggu merupakan indikator
dari pola produksi yang tidak berkelanjutan. Hal ini terjadi pada Sentra Industri
Mebel Kota Pasuruan (SIMP). Limbah jenis tatal kayu yang dihasilkan oleh
UMKM mebel tersebut selama ini hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan
pediang. Dengan naiknya harga kayu dan penuruanan penjualan, perlu dilakukan
sebuah pembaruan dalam pola produksi SIMP salah satunya melalui recycling.
Melalui strategi design for standardization and compatibility, diharapkan
sumberdaya, material, dan produk dapat dikontrol untuk berada dalam siklus
ekonomi selama mungkin, serta meminimalisir produksi limbah.
Dengan kombinasi teknik kempa dan press, tatal kayu SIMP yang tidak lagi
memiliki soliditas dapat diolah menjadi material siap pakai (pra-modul) yang
diarahkan untuk pengembangan modul yang diaplikasikan pada partisi ruang dan
desk organizer. Dengan teknik ini dapat dibuat pra-modul berkontur dengan
komposisi perekat (lem alifatik) minimum adalah 10% dengan pengeringan
diangin-angin. Untuk 1 pra-modul kontur zigzag berukuran 15x15 cm dibutuhkan
setidaknya 2 orang pekerja dengan lama pengerjaan 3 hari. Berdasar simulasi, pramodul zigzag dengan komposisi perekat 8,75% dan 11,66% dapat menahan beban
tekan pada posisi berdiri sebesar ±230 dan 370 kg. Sementara pada posisi tidur
estimasi beban adalah ±50x3 kg dan ±80x3 kg. Model produksi padat karya
dengan investasi cetakan adalah yang paling direkomendasikan. Disarankan pula
pengembangan unit industri SIMP yang khusus mengolah limbah sebagai langkah
awal menuju pola produksi sirkular.