COVER Chrisvivi Martha Stefani S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Chrisvivi Martha Stefani S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
2020 TA PP CHRISVIVI MARTHA STEFANI 1 - BAB 2 .pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
2020 TA PP CHRISVIVI MARTHA STEFANI 1 - BAB 3 .pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
2020 TA PP CHRISVIVI MARTHA STEFANI 1 - BAB 4 .pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
2020 TA PP CHRISVIVI MARTHA STEFANI 1 - BAB 5 .pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Chrisvivi Martha Stefani S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Anggrek kelinci (Dendrobium antennatum) adalah salah satu anggrek yang
memiliki bentuk bunga menarik dan termasuk ke dalam anggrek species berasal
dari Papua. Ketersediaan anggrek kelinci di lingkungan alaminya mulai terancam
karena eksploitasi manusia, oleh sebab itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk
konservasi anggrek ini baik secara in vitro maupun in vivo. Upaya perbanyakan
tanaman anggrek secara in vitro dapat menghasilkan anggrek dalam skala masif dan
waktu yang singkat. Perbanyakan secara in vitro dapat dilakukan dengan beberapa
metode, antara lain dengan menggunakan sistem perendaman kontinu dan
bioreaktor Recepient For Automated Temporary Immersion (TIS-RITA). Penelitian
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimasi waktu perendaman terhadap
waktu produksi bibit dan menentukan waktu perendaman terbaik pada perbanyakan
kultur anggrek. Kultur anggrek kelinci ditumbuhkan pada medium Vacine dan
Went (VW) half strength, glukosa 20 g/L, dan BAP 5 ppm selama 21 hari
menggunakan reaktor RITA dengan variasi perendaman 5 menit setiap 4 jam atau
8 jam. Anggrek juga ditumbuhkan menggunakan sistem perendaman kontinu
dengan komposisi medium yang sama dengan volume medium sebanyak 10 ml dan
agitasi sebesar 80 rpm selama 21 hari. Jumlah pucuk, berat basah, berat kering (?),
kadar sukrosa, konduktivitas medium, dan pH medium diukur di awal dan akhir
kultivasi. Berdasarkan penelitian, perbanyakan pucuk dan peningkatan biomassa
dipengaruhi oleh waktu perendaman eksplan dalam medium. Sistem TIS RITA
dengan perendaman per 4 jam menghasilkan perbanyakan pucuk dan peningkatan
biomassa lebih besar (peningkatan jumlah pucuk sebesar 90%, peningkatan berat
basah 97% dan peningkatan berat kering 85%) dibanding sistem TIS RITA dengan
perendaman per 8 jam (peningkatan jumlah pucuk sebesar 73%, peningkatan berat
basah 25% dan peningkatan berat kering 37%). Sistem perendaman kontinu
menghasilkan perbanyakan pucuk dan peningkatan biomassa terkecil dengan
pertambahan jumlah pucuk sebesar 70%, peningkatan berat basah 12% dan
peningkatan berat kering 9%. Pengukuran pH, konduktivitas, dan kadar gula
medium menunjukkan potensi konversi nutrisi menjadi biomassa. Sistem TIS RITA
dengan perendaman per 4 jam menunjukkan perendaman per 4 jam paling efisien
dengan perolehan 75,18% dan konsumsi sukrosa sebesar 0,009 gram/hari. Sistem
TIS RITA dengan perendaman per 8 jam mengonsumsi sukrosa sebesar 0,017
gram/hari dengan perolehan 33,27%. Sistem perendaman kontinu merupakan
sistem paling tidak efisien dengan perolehan sebesar 9,73% dan konsumsi sukrosa
sebesar 0,004 gram/hari. Berdasarkan penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa sistem terbaik untuk perbanyakan anggrek adalah sistem
perendaman temporer per 4 jam selama 5 menit.