digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhamad Yhoga Nugraha
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Muhamad Yhoga Nugraha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Muhamad Yhoga Nugraha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhamad Yhoga Nugraha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhamad Yhoga Nugraha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhamad Yhoga Nugraha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

2021 TA PP Muhamad Yhoga Nugraha1 BAB-5.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Muhamad Yhoga Nugraha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

2021 TA PP Muhamad Yhoga Nugraha1-pustaka.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

2021 TA PP Muhamad Yhoga Nugraha1-LAMPIRAN A.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

2021 TA PP Muhamad Yhoga Nugraha1-LAMPIRAN B.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Sistem pengondisian udara bangunan menggunakan empat puluh persen konsumsi energi global. Penggunaan refrigeran juga memberikan efek buruk pada lingkungan, seperti penipisan lapisan ozon dan pemanasan global. Penukar kalor bawah tanah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Sistem ini memanfaatkan tanah sebagai tempat pembuangan panas yang cenderung bertemperatur konstan sepanjang tahun. Penelitian ini masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, penerapan penukar kalor bawah tanah pada rumah sederhana dikaji dalam penelitian ini. Penukar kalor bawah tanah dirancang untuk rumah tipe 36 di kota Bandung. Model sistem ini disimulasikan menggunakan program simulasi numerik dengan metode volume hingga. Profil temperatur, kalor dan pengaruh parameter desain terhadap kinerja sistem dikaji pada penelitian ini. Hasil kajian ini berupa desain penukar kalor bawah tanah optimum dan perbandingan kinerja sistem ini dengan sistem AC split. Berdasarkan parameter desain yang dipilih, penukar kalor bawah tanah memiliki volume dan luas bidang kontak total . Kapasitas pendinginan yang diperoleh sebesar bergantung kondisi tanah. Peningkatan diameter pipa dan kecepatan aliran akan menurunkan beda temperatur rata-rata masing-masing sebesar dan sedangkan peningkatan ketebalan dan kedalaman tanah menaikkan beda temperatur rata-rata masing-masing sebesar dan . Jarak antar-permukaan pipa direkomendasikan lebih besar atau sama dengan . Sistem ini telah memenuhi standar temperatur udara nyaman SNI dan standar debit udara ventilasi ASHRAE akan tetapi hanya dapat memenuhi beban pendinginan rumah. Sistem ini memiliki konsumsi energi 75,8% lebih rendah dan COP lebih tinggi daripada sistem AC split.