Pada 15 Desember 2017 terjadi gempa bumi dengan episenter gempa terletak di Kabupaten
Tasikmalaya menghasilkan magnitudo sebesar 6,9. Akibat dari gempa tersebut Kota
Tasikmalaya mengalami kerusakan ribuan bangunan dan dua korban jiwa. Sebagai upaya
mitigasi bencana gempabumi diperlukan pemetaan daerah di Kota Tasikmalaya yang rawan
ketika terjadi gempa bumi. Secara geologi Kota Tasikmalaya tersusun dari endapan alluvium
dan endapan hasil gunung api yang terkonsolidasi lemah. Hal ini menyebabkan faktor
amplifikasi energi gelombang meningkat ketika terjadi gempa bumi. Pengamatan mikrotermor
dapat digunakan untuk menganalisis kerentanan seismik di Kota Tasikmalaya. Dilakukan
pengamatan mikrotremor menggunakan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR)
dengan menganalisis kurva HVSR yang bervariasi terhadap frekuensi dari data mikrotremor.
Berdasarkan hasil pengolahan, diperoleh nilai frekuensi dominan di Kota Tasikmalaya pada
rentang 1,23 hingga 6,12 Hz dan nilai amplifikasi pada rentang 2,3 hingga 5,51. Nilai frekuensi
dominan yang relatif rendah dan amplifikasi yang relatif tinggi pada beberapa wilayah
mengindikasikan peningkatan goncangan tanah ketika terjadi gempa. Inversi kurva HVSR
dilakukan menggunakan metode Neighborhood Algorithm untuk memperoleh model bawah
permukaan berdasarkan nilai kecepatan gelombang geser (????????). Dari hasil inversi diperoleh nilai
kecepatan gelombang geser pada rentang 315 – 3000 m/s yang nilainya meningkat seiring
bertambahnya kedalaman. Nilai kecepatan gelombang geser rata – rata hingga kedalaman 30
meter (????????30) dipetakan untuk mengetahui sebaran jenis tanahnya. Diperoleh sebaran nilai ????????30
pada rentang 350 – 750 m/s sehingga klasifikasi tanah berdasarkan standar SNI 1726:2012
merupakan jenis tanah keras (SC). Dari hasil penelitian ini diperoleh daerah di Kota
Tasikmalaya yang rentan ketika terjadi gempa bumi, yaitu Kecamatan Purbaratu bagian timur,
Kecamatan Cibereum bagian timur, Kecamatan Kawalu bagian timur laut, dan Kecamatan
Tamansari bagian barat laut