Pertumbuhan penjualan sepeda motor di Indonesia mengalami peningkatan di awal tahun 2000an
sampai tahun 2010an. Peningkatan penjualan sepeda motor terjadi karena adanya booming sepeda motor
matic yang di pelopori oleh Yamaha Mio. Yamaha sebagai produsen sepeda terkemuka di Indonesia,
mengalami kenaikan penjualan sepeda motor matic dari awal peluncuran produk di tahun 2003 sampai
tahun 2010 dimana penjualan sepeda motor Yamaha mengalami penurunan terus menerus.
Penjualan sepeda motor yang meningkat memberikan multiplier efek terhadap bisnis suku cadang
dan pelumas sepeda motor. Yamalube sebagai pelumas produk Yamaha mengalami peningkatan penjualan
dari tahun 2003 sampai 2018 seiring dengan meningkatnya populasi sepeda motor Yamaha di Indonesia.
Akan tetapi terjadi penurunan penjualan di Tahun 2019 dan berlanjut di tahun 2020.
Untuk menganalisa terjadinya penurunan penjualan, peneliti menggunakan Segmentation,
Targeting, Positioning (STP) dan Marketing Mix (Product, Price, Place dan Promotion) untuk menganalisa
internal fakto yang berpengaruh terhadap penurunan penjualan. Sedangkan untuk menganalisa eksternal
factor penulis menggunakan PESTEL framework, competitor analysis untuk meneliti faktor eksternal yang
mempengaruhi penurunan penjualan dari Yamalube. Selain menganalisa internal dan eksternal faktor,
peneliti juga melakukan riset dengan kuantitatif dengan kuesioner untuk konsumen dan kualitatif dengan
interview untuk mendapatkan gambaran mengenai persepsi konsumen dan toko spare part terhadap
Yamalube.
Hasil yang didapat dari Analisa factor internal dan eksternal tersebut digunakan penulis untuk
memberikan usulan terhadap marketing strategy yang baru sehingga bisnis Yamalube dapat terus tumbuh
ditengah terjadinya penurunan permintaan konsumen. Usulan yang diberikan menggunakan kerangka kerja
TOWS (Threat Opportunity Weakness Strength) Matrik dan Ansoff Matrik, dimana Dari usulan ini,
diharapkan bisnis Yamalube dapat terus tumbuh dan berkelanjutan di industri pelumas dalam negeri.