ABSTRAK Erie Sadewo
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Erie Sadewo
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Erie Sadewo
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Erie Sadewo
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Erie Sadewo
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Erie Sadewo
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 6 Erie Sadewo
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 7 Erie Sadewo
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
2021 DS PP ERIE SADEWO_BAB 8.pdf)u
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
2021 DS PP ERIE SADEWO_BAB 9.pdf)u
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
PUSTAKA Erie Sadewo
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
2021 DS PP ERIE SADEWO_LAMPIRAN.pdf)u
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
2021 DS PP ERIE SADEWO_JURNAL.pdf?
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Globalisasi dan perubahan menuju gaya hidup posmodern telah memberikan
dampak terhadap perkembangan perkotaan. Saat ini pertumbuhan perkotaan
semakin mengalami pergeseran ke kawasan pinggiran, yang ditandai dengan
meningkatnya desentralisasi pekerjaan di pusat perkotaan ke kawasan pinggiran.
Akibatnya, terjadi perubahan spasial secara struktural dan fungsional yaitu
munculnya sub-pusat pekerjaan baru di kawasan pinggiran yang independen
terhadap inti kota. Fenomena ini secara umum dikenal sebagai post-suburbanisasi.
Di Indonesia, fenomena post-suburbanisasi dicirikan oleh pertumbuhan penduduk
yang cepat di kawasan pinggiran, konversi lahan menjadi kompleks industri dan
permukiman, serta komuter balik dari pusat ke pinggiran. Post-suburbanisasi yang
dimotori oleh peran besar dari sektor swasta, dianggap dapat mengarah pada
terbentuknya perkotaan yang multifungsi di kawasan pinggiran metropolitan.
Studi ini bermaksud untuk mengevaluasi kembali dampak dari post-suburbanisasi
dalam konteks perkotaan di Indonesia. Studi ini difokuskan pada pemahaman
terhadap perubahan struktur spasial dan pola komuter di kawasan pinggiran
metropolitan. Dengan mengambil kawasan metropolitan Jabodetabek sebagai
kasus, studi ini berargumen bahwa munculnya fase reskalasi urbanisme neoliberal
yang memberikan peran lebih besar bagi sektor swasta untuk mempengaruhi
perencanaan dan kebijakan pembangunan akan berdampak terhadap kedua aspek
tersebut. Untuk membuktikannya, studi ini mengaplikasikan berbagai metode
kuantitatif pada analisis perubahan struktur spasial, identifikasi pola komuter, serta
analisis pengaruh post-suburbanisasi terhadap pola komuter di suburban dengan
menggunakan pendekatan restrukturisasi regional, dan dekonsentrasi.
Studi ini menyimpulkan bahwa munculnya fase reskalasi urbanisme neoliberal
telah mendorong post-suburbanisasi di Jabodetabek ke arah yang berlainan.
Pertama, struktur spasial Jabodetabek menjadi semakin polisentris, namun
keberadaan sub-pusat pekerjaan di kawasan pinggiran cenderung homogen oleh
sektor manufaktur. Sektor perdagangan dan jasa yang diharapkan dapat menyusul
ke daerah pinggiran justru semakin mengalami rekonsentrasi di Jakarta. Kedua,ii
pergerakan komuter antar kawasan suburban ternyata memegang peranan yang
lebih penting dalam era post-suburbanisasi terkini di Jabodetabek, dibandingkan
dengan komuter balik. Ketiga, post-suburbanisasi yang didominasi oleh sektor
manufaktur menghasilkan efek ganda, yaitu tidak hanya menarik komuter masuk,
namun juga mendorong komuter keluar. Keempat, post-suburbanisasi memberikan
pengaruh perubahan spasial pada pilihan lokasi permukiman pelaku komuter
tradisional. Sementara itu, keputusan pilihan lokasi permukiman pelaku komuter
antar-suburban lebih dipengaruhi kecenderungan perilaku (dekonsentrasi).
Rekomendasi perencanaan dan kebijakan yang terkait dengan temuan tersebut
dibahas lebih lanjut pada bagian kesimpulan.