ABSTRAK Jefri Deliandri
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 1 Jefri Deliandri
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 2 Jefri Deliandri
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 3 Jefri Deliandri
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 4 Jefri Deliandri
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 5 Jefri Deliandri
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
DAFTAR Jefri Deliandri
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
2020 TA PP JEFRI DELIANDRI_LAMPIRAN.pdf?
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Kepadatan penduduk dan kelangkaan lahan di pusat perkotaan mengakibatkan
terjadinya dekonsentrasi industri ke wilayah suburban. Dekonsentrasi industri
mengakibatkan kecenderungan arus suburbanisasi yang secara masif terjadi di
wilayah suburban, salah satunya adalah wilayah Provinsi Jawa Barat. Ditambah,
preseden di masa orde baru bahwa terdapat dominasi sektor swasta dalam
pengembangan lahan Kawasan Industri yang memiliki kecenderungan
mengembangkan lahan Kawasan Industri ke wilayah suburban seperti Provinsi Jawa
Barat. Dominasi sektor swasta semakin mengecilkan peran pemerintah yang
seharusnya sebagai domain penyedia lahan untuk Kawasan Industri. Kondisi tersebut
mengakibatkan munculnya isu tingginya harga lahan untuk Kawasan Industri di Jawa
Barat hingga tidak dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam menarik investor
yang ditengarai sebagai akibat dari penguasaan dan pasar persaingan lahan yang
tidak berjalan semestinya. Penelitian ini mencoba melihat fenomena pengembangan
lahan Kawasan Industri dari sisi interaksi para aktor pengembang dalam menguasai
lahan serta jaringan antar perusahaan yang ada. Melalui identifikasi direktori
Kawasan Industri di Indonesia, ditemukan sebanyak 26 Kawasan Industri di Jawa
Barat yang dikembangkan oleh 31 perusahaan Kawasan Industri. Sementara,
jaringan antar perusahaan yang terbentuk ditinjau dari empat atribut yaitu rangkap
jabatan, kepemilikan saham, konsorsium, dan kekerabatan. Sumber data yangberasal
dari wawancara dan data sekunder yang bersumber dari internal dan eksternal
perusahaan diolah untuk didapatkan informasi hubungan yang terjalin. Dapat
disimpulkan bahwa penguasaan lahan untuk Kawasan Industri di Jawa Barat dikuasai
oleh sejumlah kecil pengembang, yaitu delapan kelompok pengembang dengan
penguasaan sebesar 87% dengan satu kelompok pengembang yang menguasai 20%
penguasaan lahan dari total luas penguasaan lahan Kawasan Industri di Jawa Barat.
Lalu, teridentifikasi sebanyak 21 dari 31 perusahaan pengembang yang terhubung
pada suatu jaringan yang menguasai lahan hingga 58.2% dari total luas Kawasan
Industri di Jawa Barat. Berdasarkan teori, struktur penguasaan lahan dan adanya
jaringan yang terbentuk tersebut mengindikasikan pasar lahan yang oligopolistis atau
terkonsentrasi pada sejumlah kecil kelompok pengembang.