Transformasi perdesaan memberikan perubahan terhadap aktivitas masyarakat baik
pada sektor pertanian maupun nonpertanian. Masuknya teknologi digital ke
perdesaan menyebabkan digitalisasi pada industri kreatif yang dapat merangsang
percepatan pembangunan desa. Perkembangan teknologi digital memberikan
peluang kemajuan industri kreatif dalam hal peningkatan keterampilan tenaga kerja
perdesaan. Untuk dapat bersaing di pasar global, industri kreatif membutuhkan
inovasi sebagai strategi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Teknologi
digital diharapkan mampu memberikan input pengetahuan eksternal yang nantinya
akan diterjemahkan menjadi bentuk inovasi oleh masyarakat tanpa mengurangi nilai
budaya dan lokalitas produk. Namun, penggunaan teknologi digital seringkali sulit
diterapkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat perdesaan khususnya pelaku industri
kreatif akibat keterbatasan kemampuan dan fasilitas pendukung yang rendah. Salah
satu pendekatan yang dapat menggambarkan kemampuan individu dalam menyerap
informasi baru adalah adalah pendekatan Absorptive Capacity pada pelaku industri
kreatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknologi digital
terhadap praktik inovasi pada industri kreatif perdesaan. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan secara primer (melalui wawancara dan observasi) dan sekunder.
Kerangka teoritis dirangkum berdasarkan tinjauan literatur dan penggambaran
studi kasus di Desa Kamasan yang dilihat berdasarkan kesesuaian topik penelitian.
Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini menghasilkan kesimpulan
dimana teknologi digital sangat berpengaruh pada praktik inovasi produk dan
inovasi pemasaran. Melalui teknologi digital, pola yang ditunjukkan oleh pelaku
industri kreatif di Desa Kamasan menunjukkan perbedaan tingkatan kemampuan
daya serap terhadap pengetahuan eksternal. Di sisi lain, pelaku industri kreatif tetap
mempertahankan cara tradisional sebagai penjagaan nilai budaya lokal pada proses
produksi, sehingga jarang ditemukan inovasi proses.