Ketahanan pangan global dan pengentasan kelaparan menjadi isu yang krusial. Pada 2015-2018 terjadi peningkatan persentase orang kekurangan gizi di dunia menjadi dari 790 Juta orang menjadi 822 juta orang walau surplus komoditas dunia secara rata-rata meningkat 7,5%. Salah satu permasalahan krusial yang dihadapi belakangan ini adalah regenerasi petani, dimana adanya krisis global yang meningkat frekuensinya, tiap negara memposisikan untuk menjaga stok pangannya, terutama untuk mengantisipasi disrupsi global seperti Pandemi Covid-19 yang memberikan kejutan pada rantai pasok global yang berdampak terjadi peningkatan lead time, dan peningkatan jumlah buffer stock tiap negara. Indonesia sebagai negara 5 besar dunia dari jumlah populasi dituntut untuk untuk menjaga ketahanan pangannya. Kondisi rantai pasok pangan Indonesia saat ini berpotensi kebergantungan impor, karena berdasarkan data, beras sebagai pangan pokok terancam terjadi defisit kedepannya dengan adanya kondisi petani di Indonesia didominasi umur tua yang jumlahnya terus meningkat serta stagnansi produktivitas. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dibuat model regenerasi petani di Indonesia dengan objek studi pada komoditas beras dengan metodologi sistem dinamis. Pengembangan model berpusat pada perkembangan jumlah petani aktif di tiap umurnya dan dampaknya kepada rantai pasok beras nasional. Hasil validasi model menunjukkan model dapat dipertanggung jawabkan dengan catatan khusus.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi terjadi defisit beras pada 2022 dengan jumlah defisit pada 2045 mencapai ~18 juta ton dan jumlah petani padi hanya tersisa 7,2 juta orang. Tantangan utama untuk menjaga regenerasi petani adalah menjaga kesejahteraan petani. Berdasarkan studi literatur dan best practice, beberapa opsi untuk menjaga kesejahteraan petani adalah peningkatan produktivitas, peningkatan margin petani dengan group procurement, dan implementasi short food supply chains. Hasil simulasi dengan intervensi kebijakan pada 3 hal tersebut dapat mendorong Indonesia mengalami surplus beras sebesar 5-10%. Implementasi perbaikan dapat dilakukan dengan menggulirkan 3 inisiatif: ekstensifikasi peran Perum BULOG menjadi pengelola Hub produksi-konsumsi, akselerasi startup food-tech pemberdayaan petani, dan intensifikasi pertanian dengan mekanisasi dan implementasi teknologi dari pemerintah.