digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Animasi menjadi media pencegahan yang melibatkan seluruh indera untuk menyampaikan materi sehingga pesan dapat dipahami lebih baik. Animasi Ku Jaga Diriku, Animasi Aku Anak Berani, Animasi Kisah Si Aksa dan Kisah Si Geni menjadi objek penelitian ini berdasarkan kriteria isi informasi yang sama dan diproduksi di Indonnesia antara tahun 2014-2017. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur visual storytelling dan memaparkan cara penyampaian informasi dalam animasi edukasi pelecehan seksual anak. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan analisis data menggunakan teori Bahasa Rupa Primadi Tabrani dan Visual storytelling Caputo meliputi kejelasan (clarity), realisme (realism), dinamisme (dynamism), dan keberlanjutan (continuity). Prinsip animasi diatas dapat diwujudkan melalui isi wimba, cara wimba dan tata ungkap dalam maupun tata ungkap luar bahasa rupa Primadi Tabrani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur visual storytelling terkait prinsip film dalam 4 animasi dibangun melalui visualisasi wimba seperti karakter, properti lain dan identifikasi ruang/ latar dengan TUD dan TUL yang dapat menjelaskan informasi sensitif terkait bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain beserta contoh tindak pelecehan seksual dan respon dengan penggambaran jelas, dapat dipercaya, relevan dengan audiens dan sesuai dengan konteks tanpa unsur vulgar. Wimba dengan stilasi dari objek nyata melalui penggambaran kartun yang menarik dapat memberikan gambaran yang jelas untuk audiens dengan usia 6 sampai 8 tahun. TUD dengan dominasi medium long shot memberikan gambaran kepada audiens secara keseluruhan dalam satu shot baik wimba maupun identifikasi ruang sedangkan close-up dapat menekankan ekspresi atau aksen wimba penting yang diperjelas melalui voice over dengan suara yang jelas, bahasa yang sopan. Informasi penting dalam animasi dengan dominasi TUD di tengah atau kanan menurut cara khas bahasa rupa sehingga audiens dapat memfokuskan pandangan dan dapat terlibat secara emosional. Visualisasi bagian tubuh pribadi dan contoh tindakan pelecehan seksual yang menjadi kekhawatiran orang tua disampaikan dalam animasi tanpa kesan vulgar. Bagian tubuh pribadi ditunjukkan melalui motion dengan pakaian wimba yang sopan tampak dari kepala sampai kaki. Contoh tindakan pelecehan seksual yang mengarah pada kesan vulgar seperti telanjang diminimalisir dengan wimba silang, wimba orang asing mencium anak dengan gestur dan ekspresi tanpa interaksi sentuhan secara langsung kepada anak, dan wimba orang asing menunjukkan bagian pribadi dengan TUD wimba tokoh membelakangi audiens. Kesan gerak animasi diwujudkan melalui TUD dan TUL dengan gerakan terbatas alih stop motion dan alih periodik motion yang dapat dioptimalkan. Transisi antar shot maupun sekuen gambar dalam animasi menjadi penting agar informasi dapat diproses dengan baik oleh anak dengan usia 6-8 tahun sehingga peralihan antar shot harus tepat dan tidak terlalu cepat. Keseluruhan wimba dan identifikasi ruang dalam animasi dapat memberikan gambaran kewaspadaan kepada audiens yang secara konsisten ditunjukkan dengan visualisasi yang sama dan dapat dipercaya agar dijadikan pengalaman.