Indonesia merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, dengan estimasi
potensi sebesar 27 GWe. Sebanyak 252 lokasi panas bumi di Indonesia tersebar mengikuti
jalur pembentukan gunung api yang membentang dari Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Sulawesi sampai Maluku. Sebagai salah satu upaya untuk memahami aktivitas panas bumi
dan kondisi geologi di bawah permukaan dilakukan eksplorasi geofisika berupa metode
gayaberat. Daerah yang menjadi objek penelitian adalah daerah Kintamani. Penelitian
bertujuan untuk menentukan model sistem panas bumi yang berkembang di lapangan panas
bumi Kintamani. Pada penelitian ini digunakan data nilai Complete Bouguer Anomaly (CBA)
dan data topografi lapangan panas bumi Kintamani. Kemudian dilakukan pemisahan anomali
menggunakan dua metode yang berbeda, yaitu metode moving average dan polinomial orde
dua. Hasil anomali kedua metode tersebut dibandingkan dan dipilih salah satu yang
berkorelasi dengan kondisi geologi daerah penelitian untuk kemudian digunakan dalam
proses pemodelan. Pada peta anomali Bouguer menunjukkan adanya anomali rendah di
bagian tengah daerah penelitian dan anomali tinggi pada daerah bagian timur daerah
penelitian. Hasil anomali metode polinomial orde dua menunjukkan nilai anomali tinggi pada
daerah timur daerah penelitian yang diperkirakan akibat adanya satuan Lava Abang, sehingga
metode ini dinilai memiliki korelasi dengan geologi daerah penelitian. Melalui hasil
pemodelan 2,5D adanya anomali rendah pada bagian tengah daerah penelitian diperkirakan
sebagai kehadiran magma andesit-basaltik yang memiliki kontras densitas -0.72 g/cc. Adanya
magma andesit-basaltik diduga menjadi sumber panas (heat source). Ignimbrit Kaldera Batur
2 diduga sebagai lapisan reservoir. Batuan andesitik Lava Batur 3 diduga sebagai lapisan
penudung (caprock).