Empedu beruang telah digunakan dalam pengobatan tradisional China selama
ribuan tahun, dilaporkan bahwa empedu beruang memiliki manfaat farmakologis
dengan sedikit efek samping dan beberapa tahun yang lalu senyawa murninya
telah digunakan untuk menyembuhkan kelainan hati dan empedu. Namun,
konsumsi empedu beruang yang luas membuat spesies beruang terancam punah.
Suatu penelitian harus dilakukan untuk mencari pengganti empedu beruang.
Empedu ayam yang biasanya dibuang sebagai limbah tidak berguna, dijadikan
sebagai pilihan. Tujuan penelitian adalah mengkaji etnofarmakognosi, aktivitas
antioksidan dan mengisolasi senyawa aktif empedu ayam. Penelitian diawali
dengan kajian etnofarmakognosi manfaat empedu ayam di daerah-daerah
Indonesia kemudian pengumpulan bahan dari peternak ayam kampung, Desa
Kluwut, kecamatan Bulakambah, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Determinasi
dilakukan di Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati-ITB.
Selanjutnya empedu ayam dipotong halus dan dikeringkan dengan freeze dryer.
Ekstraksi dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut dengan
kepolaran meningkat yakni n-heksana, etil asetat dan etanol 96%, secara
berurutan. Karakterisasi, penapisan kimia simplisia dan ekstrak empedu ayam juga
telah dilakukan. Kadar total fenol dan total flavonoid ditentukan dengan
spektrofotometer UV- sinar tampak. Masing-masing ekstrak telah diuji aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH dan CUPRAC, melalui
penentuan Antioxidant Activity Index (AAI). Korelasi total fenol dan total
flavonoid dengan AAI DPPH dan AAI CUPRAC serta korelasi dua metode
antioksidan dianalisis menggunakan metode korelasi Pearson.
Hasil penentuan total fenol menunjukkan bahwa total fenol ekstrak n-heksana
(1,33 ± 0,01g GAE/100 g), ekstrak etil asetat (1,88 ± 0,03 g GAE/100 g), ekstrak
etanol (1,96 ± 0,03 g GAE/100 g), sedangkan total flavonoid ekstrak n-heksana
(8,52 ± 0,08 g QE/100 g), ekstrak etil asetat (6,42 ± 0,06 g QE/100 g) dan ekstrak
etanol (9,48 ± 0,16g QE/100 g). AAI DPPH ekstrak etanol (1,071 ± 0,004)
menunjukkan antioksidan kuat, sedangkan nilai AAI DPPH ekstrak n-heksana
(0,698 ± 0,001) dan ekstrak etil asetat (0,714 ± 0,001) merupakan antioksidan
sedang. Nilai AAI CUPRAC semua ekstrak merupakan antioksidan sedang (nilai
AAI CUPRAC ekstrak n-heksana 0,75 ± 0,009; AAI CUPRAC ekstrak etil asetat
0,62 ± 0,003 dan AAI CUPRAC ekstrak etanol 0,71 ± 0,001), sedangkan nilai
AAI DPPH dan AAI CUPRAC fraksi 15-17 empedu ayam berturut-turut 0,56 ±
0,02 dan 0,77 ± 0,05, termasuk antioksidan sedang. Korelasi Pearson AAI DPPH
dan fenol total r = 0,628; AAI DPPH dan flavonoid total r = 0,722; AAI
CUPRAC dan fenol total r = 0,653, AAI CUPRAC dan flavonoid total r = 0,816,
memberikan korelasi positif dan bermakna. Hasil ini menunjukkan bahwa
senyawa golongan fenol dan flavonoid bertanggungjawab terhadap aktivitas
antioksidan ekstrak empedu ayam dengan metode DPPH dan CUPRAC. Hasil uji
korelasi Pearson kedua metode juga memberikan positif dan bermakna, yang
menunjukkan kedua metode memberikan hasil linier pada aktivitas antioksidan
ekstrak empedu ayam.
Fraksinasi ekstrak terpilih (ekstrak etil asetat) dilakukan dengan metode
kromatografi cair vakum (KCV ke 1-3), kemudian fraksi 15-17 disubfraksinasi
dengan metode KLT preparatif, dan diperoleh isolat Y. Selanjutnya isolat Y
dikarakterisasi dan diidentifikasi dengan LC-MS/MS, dan spektrometri resonansi
magnetik inti (RMI) H
1
dan C
13
. Hasil karakterisasi dan identifikasi menunjukkan
bahwa isolat Y adalah (E)-heksadesil-ferulat.
Fraksi 5-6 disubfraksinasi secara kromatografi kolom klasik (KKK) dan diperoleh
isolat X. Selanjutnya isolat X dikarakterisasi dan identifikasi dengan RMI H
1
dan
C
13
dan menunjukkan bahwa isolat X adalah kolesterol.
Fraksi 2-7 (hasil KCV ke 4) disubfraksinasi kembali secara KCV (KCV ke 5) dan
diperoleh 24 subfraksi. Selanjutnya subfraksi 7 dikarakterisasi secara GC-MS, dan
diidentifikasi empat senyawa dominan: asam oleat, asam n-heksadekanoat, asam
oktadekanoat dan asam palmitoleat.