Ekosistem padang lamun menyediakan habitat bagi berbagai organisme pesisir, termasuk invertebrata makrobentik yang memanfaatkannya sebagai tempat hidup, mencari makan, serta berkembang biak. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menentukan kekayaan spesies dan persen penutupan komunitas lamun; (2) menentukan keanekaragaman dan kerapatan invertebrata makrobentik; dan (3) menganalisis hubungan komunitas lamun dan invertebrata makrobentik. Pengambilan data lapangan dilakukan di dua tipe komunitas padang lamun yang berbeda (stasiun 1 padang lamun monospesifik; stasiun 2 padang lamun campuran) di Pantai LIPI, Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada bulan Januari tahun 2020. Data kekayaan spesies dan persen tutupan lamun diperoleh menggunakan plot kuadrat, sedangkan keanekaragaman dan kerapatan invertebrata makrobentik dihitung berdasarkan sampel yang diambil menggunakan PVC (Polyvinyl Chloride) core sampler. Dilakukan juga analisis data sekunder untuk melihat hubungan kerapatan lamun dengan epifauna, yaitu kelompok dengan relung yang beririsan dengan invertebrata makrobentik. Data sekunder diambil dari tiga stasiun padang lamun yang telah dibedakan atas kerapatan lamunnya (stasiun A padat; B sedang; dan C jarang) di lokasi yang sama di Pulau Pari pada bulan MeiāJuni tahun 2016. Kekayaan spesies lamun di Pantai LIPI tahun 2020 terdiri atas tiga spesies, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Halodule uninervis dengan rata-rata persen penutupan lamun sebesar 69,14%. Rata-rata persen penutupan stasiun 1 monospesifik (Enhalus acoroides) adalah sebesar 62,34% dan stasiun 2 campuran (Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Halodule uninervis) sebesar 75,93%. Indeks keanekaragaman invertebrata makrobentik secara keseluruhan adalah sebesar 0,6287 dan terdiri atas 13 famili yang didominasi oleh famili Cerithiidae dan Columbellidae. Indeks keanekaragaman invertebrata makrobentik yang didapatkan yaitu sebesar 0,5215 pada stasiun 1 dan sebesar 0,8331 pada stasiun 2. Kerapatan invertebrata makrobentik tidak berbeda signifikan antara stasiun 1 dan stasiun 2 (uji rataan Mann-Whitney; p=0,357). Indeks keanekaragaman epifauna berdasarkan data sekunder tahun 2016 pada tiga stasiun dengan kerapatan lamun yang berbeda sebesar 2,1516 pada stasiun A, sebesar 1,9641 pada stasiun B, dan sebesar 1,1516 pada stasiun C. Kerapatan epifauna menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara stasiun A, B, dan C (uji rataan Kruskal-Wallis; p=0,011). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe komunitas dan kerapatan lamun berhubungan positif dengan keanekaragaman dan kerapatan invertebrata makrobentik; sedangkan perbedaan tipe komunitas padang lamun tidak berhubungan dengan kerapatan invertebrata makrobentik.