BAB 1 Julius Bintang Hatigoran Buato
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Julius Bintang Hatigoran Buato
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Julius Bintang Hatigoran Buato
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Julius Bintang Hatigoran Buato
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Julius Bintang Hatigoran Buato
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Julius Bintang Hatigoran Buato
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Studi kelimpahan biomassa memiliki manfaat penting dalam mengetahui karakteristik suatu ekosistem. Metode dalam mengestimasi biomassa saat ini masih banyak memanfaatkan citra satelit. Kemajuan teknologi drone dan perkembangan metode remote sensing membuka kemungkinan untuk digunakan dalam menganalisis tutupan lahan tanpa harus mengandalkan citra satelit. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dan memetakan sebaran aboveground biomass melalui pemodelan menggunakan citra drone beresolusi tinggi. Penelitian dilakukan pada area di atas tunnel 1 jalan tol Cisumdawu. Sampel aboveground biomass diambil menggunakan metode sampling secara acak sebanyak 47 titik pengamatan. Uji multicollinearity dilakukan pada ke-7 variabel prediktor yaitu: Green Red Vegetation Index (GRVI), Grayscale, Hillshade, Slope, Aspect, Bulk density, dan Digital Terrain Model (DTM). Estimasi sebaran aboveground biomass ditentukan dengan melakukan backward stepwise regression model pada ke-7 variabel prediktor. Model terbaik dipilih dengan melihat R adjusted dan R2. Proses backward stepwise regression model menghasilkan 7 model yang dapat digunakan untuk mengestimasi aboveground biomass. Model hasil backward stepwise regression ke-5 dipilih sebagai model terbaik dengan persamaan: Biomassa = 128,12*GRVI-39,10*Slope-40,15*DTM+34.646,11; R2 =0,3977; R adjusted = 0,335. Sebaran aboveground biomass berada pada rentang 0 Kg/Ha hingga 9.481, 49 Kg/Ha. Total aboveground biomass pada area penelitian sebesar 11.040,17 Kg. Berdasarkan tutupan lahan, vegetasi jagung berumur 1-2 bulan memiliki jumlah aboveground biomass terbanyak sebesar 2.124,03 Kg dan diikuti dengan ubi jalar sebesar 1.585,52 Kg, rumput sebesar 1.521,33 Kg, semak sebesar 1.153,22 Kg, jagung berumur <1bulan sebesar 1.052,67 Kg, lahan terbuka sebesar 996,24 Kg, jagung berumur>2 bulan sebesar 886,46 Kg, singkong sebesar 746,23 Kg, kacang tanah muda sebesar 261,84 Kg, kacang tanah dewasa sebesar 194,26 Kg, kol sebesar 173,53 Kg, bangunan sebesar 147,88 Kg, pohon sebesar 122,35 Kg, dan padi sebesar 74,61 Kg.
Perpustakaan Digital ITB