digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gunung Agung merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia yang terletak di Pulau Bali. Sejak tahun 1963, Gunung Agung tidak terdapat aktivitas yang signifikan. Gunung ini mulai aktif kembali pada bulan September 2017 yang ditandai dengan peningkatan aktivitas seismik dan erupsi pada bulan November 2017. Untuk memahami proses dinamika dan erupsi dari gunung api aktif membutuhkan pemahaman tentang struktur gunung api, terutama posisi dapur magma serta jalurnya. Penggambaran struktur gunung api ini dapat dianalisis dengan penentuan lokasi gempa akibat aktivitas gunung tersebut, terutama gempa Vulkano-Tektonik (VT). Pada penelitian ini, tahapan awal yang dilakukan adalah identifikasi gempa di gunung api seperti Vulkano-Tektonik tipe A (VTA), Vulkano-Tektonik tipe B, low frequency, gempa letusan, gempa hembusan dan gempa tremor. Selanjutnya, dilakukan penentuan lokasi gempa VT dengan menggunakan metode nonlinear location untuk lokasi awal serta metode double difference (DD) untuk relokasi hiposenter. Model kecepatan seismik awal yang digunakan adalah model kecepatan seismik 1D Koulakov dan diperbaharui dengan hasil model kecepatan seismik menggunakan metode Joint Hypocentre Determination (JHD). Hasil identifikasi event di sekitar Gunung Agung memperoleh event VTA dengan rentang frekuensi 7-12 Hz, VTB dengan frekuensi 4-8 Hz, low frequency dengan frekuensi ~2 Hz, gempa letusan dengan frekuensi 3- 5 Hz, gempa hembusan dengan frekuensi ~3 Hz dan gempa tremor dengan frekuensi dominan ~6 Hz. Distribusi gempa menunjukkan adanya zona lemah pada kedalaman 5 hingga 15 km di antara Gunung Agung dan Gunung Batur yang dapat menjadi reservoir magma dangkal. Serta terdapat kumpulan gempa yang membentuk dyke lurus ke atas arah barat daya dari zona lemah tersebut. Dyke ini terbentuk jauh sebelum terjadinya erupsi atau pada bulan Oktober yang memiliki jumlah kegempaan yang tinggi. Pada bulan Oktober 2017 terdapat beberapa gempa dengan bentuk waveform yang mirip yang diperkirakan berasal dari suatu patahan di atas dyke tersebut. Sedangkan pada bulan November, distribusi gempa dominan ke arah puncak Gunung Agung sehingga terjadinya erupsi dan pada bulan Desember gempa dominan berada di tenggara puncak Gunung Agung yang memilki distribusi yang sangat acak.