Gunung Agung merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia yang terletak
di Pulau Bali. Sejak tahun 1963, Gunung Agung tidak terdapat aktivitas yang
signifikan. Gunung ini mulai aktif kembali pada bulan September 2017 yang
ditandai dengan peningkatan aktivitas seismik dan erupsi pada bulan November
2017. Untuk memahami proses dinamika dan erupsi dari gunung api aktif
membutuhkan pemahaman tentang struktur gunung api, terutama posisi dapur
magma serta jalurnya. Penggambaran struktur gunung api ini dapat dianalisis
dengan penentuan lokasi gempa akibat aktivitas gunung tersebut, terutama gempa
Vulkano-Tektonik (VT). Pada penelitian ini, tahapan awal yang dilakukan adalah
identifikasi gempa di gunung api seperti Vulkano-Tektonik tipe A (VTA),
Vulkano-Tektonik tipe B, low frequency, gempa letusan, gempa hembusan dan
gempa tremor. Selanjutnya, dilakukan penentuan lokasi gempa VT dengan
menggunakan metode nonlinear location untuk lokasi awal serta metode double
difference (DD) untuk relokasi hiposenter. Model kecepatan seismik awal yang
digunakan adalah model kecepatan seismik 1D Koulakov dan diperbaharui dengan
hasil model kecepatan seismik menggunakan metode Joint Hypocentre
Determination (JHD). Hasil identifikasi event di sekitar Gunung Agung
memperoleh event VTA dengan rentang frekuensi 7-12 Hz, VTB dengan frekuensi
4-8 Hz, low frequency dengan frekuensi ~2 Hz, gempa letusan dengan frekuensi 3-
5 Hz, gempa hembusan dengan frekuensi ~3 Hz dan gempa tremor dengan
frekuensi dominan ~6 Hz. Distribusi gempa menunjukkan adanya zona lemah pada
kedalaman 5 hingga 15 km di antara Gunung Agung dan Gunung Batur yang dapat
menjadi reservoir magma dangkal. Serta terdapat kumpulan gempa yang
membentuk dyke lurus ke atas arah barat daya dari zona lemah tersebut. Dyke ini
terbentuk jauh sebelum terjadinya erupsi atau pada bulan Oktober yang memiliki
jumlah kegempaan yang tinggi. Pada bulan Oktober 2017 terdapat beberapa gempa
dengan bentuk waveform yang mirip yang diperkirakan berasal dari suatu patahan
di atas dyke tersebut. Sedangkan pada bulan November, distribusi gempa dominan
ke arah puncak Gunung Agung sehingga terjadinya erupsi dan pada bulan
Desember gempa dominan berada di tenggara puncak Gunung Agung yang
memilki distribusi yang sangat acak.