2020 DS PP Muhammad Hanafi [39014304] - Full Text.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Wiwik Istiyarini
Penerbitan kebijakan kewajiban pembangunan industri smelter dalam undangundang
pertambangan baru 2009 telah mempengaruhi banyak perusahaan
pertambangan di Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan
besar untuk mengembangkan industri smelter domestik pada tahun 2014. Namun,
ini bukan tugas yang mudah bagi industri smelter untuk memenuhi tenggat waktu.
Peran pemerintah untuk memberlakukan larangan ekspor, insentif fiskal, dan
kebijakan skema smelter independen, menyebabkan kebijakan yang sering
dikoreksi sehingga menimbulkan resistensi terhadap kebijakan untuk menarik
investasi baru.
Industri smelter membutuhkan investasi teknologi terdepan, kualitas permintaan
pasar yang kuat, ketersediaan sumber daya dan cadangan mineral, fluktuasi harga
mineral yang diterapkan, dan keahlian untuk memastikan kelayakan investasi agar
operasi jangka panjang stabil dan menguntungkan. Smelter industri merupakan
suatu sistem kompleks yang mempunyai ciri problematika dinamis seperti faktor
yang saling ketergantungan, saling interaktif, umpan balik, dan ada hubungan
kausalitas. Oleh karena itu, model dinamika sistem harus dipertimbangkan sebagai
pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan industri smelter di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode gabungan kualitatif dan
kuantitatif. Metode gabungan dimulai dengan fase kualitatif dan kemudian fase
kuantitatif. Penelitian difokuskan pada pengembangan model investasi industri
smelter di Indonesia yang dapat membantu pembuat kebijakan merancang
kebijakan untuk meningkatkan daya saing melalui kerangka konseptual keunggulan
kompetitif bangsa (CAN) dalam diamond model oleh Michael Porter. Diamond
model ini diperkaya dengan mendefinisikan variabel dan parameter dari tinjauan
literatur model CAN, kebijakan industri smelter antar negara, daya saing industri
sejenis, dan model dinamika sistem untuk industri. Kuesioner disebarluaskan
kepada responden terpercaya di industri pertambangan dan smelter untuk
memotret masalah daya saing yang ada saat ini, serta menganalisis potensi
solusinya. Diskusi kelompok yang melibatkan pakar dan peserta terkait dengan
industry smelter dilakukan untuk mengelaborasi pengajuan dinamika hipotesis.
iii
Untuk merumuskan diagram sebab akibat dan struktur sistem smelter, wawancara
semi terstruktur dilakukan kepada responden di tingkat tinggi pemerintah, tingkat
profesor madya bidang akademik, dan jajaran direksi dari praktisi industri. Model
tersebut diuji dan divalidasi menggunakan simulasi dinamika sistem, sedangkan
skenario kebijakan nya dievaluasi dalam forum konferensi ahli metalurgi dan
diskusi para pembuat kebijakan tingkat tinggi terkait smelter.
Simulasi model dinamika sistem yang menghasilkan skenario integrated export
duty beneficence (EDB) merupakan skenario kebijakan terbaik untuk meningkatkan
daya saing smelter di Indonesia. Kebijakan ini memberikan peningkatan yang
signifikan baik dalam jumlah smelter maupun penerimaan negara dibandingkan
dengan kebijakan saat ini. Lebih lanjut, Diamond model menghasilkan enam faktor
utama yang memberikan pengaruh signifikan dalam meningkatkan daya saing
investasi industri smelter di Indonesia. Tiga faktor pertama adalah strategi
terintegrasi, terbatasnya ekspor produksi, manfaat bea keluar, sedangkan faktor
lainnya yang terkait dengan kondisi ketidakpastian adalah fluktuasi harga logam,
permintaan dalam negeri, dan pasokan mineral. Penelitian ini memberikan
kontribusi kepada kalangan akademisi sebagai upaya awal yang dilakukan untuk
mengaitkan dinamika sistem dengan diamond model dalam konteks industri smelter
di Indonesia yang melakukan model dan kebijakn diamond model yang baru untuk
meningkatkan daya saing smelter.
Kontribusi penelitian untuk kalangan akademisi ini adalah sebagai upaya awal
yang dilakukan untuk mengaitkan dinamika sistem dengan diamond model dalam
konteks industri smelter di Indonesia yang menghasilkan model dan kebijakan
baru untuk meningkatkan daya saing smelter. Diamond Model yang baru ini juga
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para praktisi dan pengambil
keputusan (pemerintah) dalam membuat strategi dan kebijakan terkait temuantemuan
tersebut, yang akan menjadi solusi untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif investasi industri smelter di Indonesia.
Penelitian ini terbatas pada industri smelter yang hanya membahas empat
komoditas mineral utama (tembaga, nikel, besi, dan alumina) yang tingkat
produksinya sebagaimana diatur dalam undang-undang pertambangan. Meskipun
komoditas mineral tersebut cukup mewakili untuk penelitian smelter di Indonesia,
namun penelitian selanjutnya diperlukan untuk menilai generalisasi model yang
dikembangkan dalam daya saing smelter yang lebih global dengan komoditas
mineral yang berbeda. Juga, pemodelan ini hanya melibatkan lima dari enam
determinannya. Faktor industri pendukung (RSI) yang tidak termasuk dalam model
ini perlu dianalisis untuk penelitian lebih lanjut dengan memasukan faktor dampak
sosial dan lingkungan dari industri smelter. Selain itu, model ini dapat
diimplementasikan pada industri sejenis lainnya yang memiliki struktur sistem dan
kondisi ketidakpastian yang sama serta mengikuti metodologi yang disarankan
dalam penelitian ini.
Kata kunci: industri smelter, Indonesia, daya saing bangsa, dinamika sistem