digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK HENI WIDAYANI.pdf ]
PUBLIC Open In Flip Book Dwi Ary Fuziastuti

Kompleksitas pemodelan penyebaran demam berdarah masih menjadi tantangan hingga saat ini. Hal ini terkait dengan kaitan antara pengaruh faktor biologis, manusia, dan lingkungan dalam penyebaran demam berdarah. Studi empiris menunjukkan bahwa mobilitas manusia memainkan peran penting dalam penyebaran spasial penyakit menular. Dalam studi ini, efek mobilitas manusia pada penyebaran penyakit yang ditularkan melalui vektor dieksplorasi melalui model host-vektor antar wilayah. Kemungkinan transmisi infeksi selama periode mobilisasi dapat diabaikan karena populasi vektor diasumsikan konstan di setiap wilayah. Bilangan reproduksi dasar R0 diperoleh sebagai satu-satunya ambang batas antara kepunahan dan persistensi homogen penyakit untuk model dengue antar wilayah dengan mobilitas. Model host-vektor pada dua wilayah dianalisis lebih dalam untuk melihat pengaruh mobilitas manusia sehat dan terinfeksi terhadap penyebaran penyakit berperantara nyamuk. Model dua wilayah menunjukkan bahwa mobilitas manusia terinfeksi akan menurunkan nilai R0. Pada kondisi endemik di satu kota, nilai ambang mobilitas manusia terinfeksi diperoleh sebagai batas minimum agar terjadi kondisi bebas penyakit di kedua kota. Skenario khusus ketika orang yang terinfeksi tetap di lokasi selama periode infeksi menunjukkan empat kemungkinan kondisi kesetimbangan yakni kondisi bebas penyakit, salah satu lokasi endemik, dan kedua lokasi endemik. Kondisi endemik di satu kota dan bebas penyakit di kota yang lain dinamakan sebagai kesetimbangan endemik batas. Pada penyebaran dengue di dua lokasi, terdapat dua titik kesetimbangan endemik batas. Hasil analisis dan simulasi numerik ini menunjukkan bahwa peningkatan mobilitas individu sehat dari wilayah i ke j dapat menjadi strategi pengendalian untuk manajemen penyakit di wilayah j. Bilangan reproduksi dasar R0 tidak lagi menjadi satu-satunya ambang batas untuk kepunahan atau persistensi penyakit di suatu wilayah. Ambang batas lain, R1 dan R2 juga diperlukan untuk penentuan dinamik dari model. Dengan demikian, mobilitas manusia sehat maupun terinfeksi dapat menjadi pendorong peningkatan penyebaran penyakit maupun menjadi salah satu faktor pengontrol tingkat endemik suatu wilayah.