Kompleksitas pemodelan penyebaran demam berdarah masih menjadi tantangan
hingga saat ini. Hal ini terkait dengan kaitan antara pengaruh faktor
biologis, manusia, dan lingkungan dalam penyebaran demam berdarah. Studi
empiris menunjukkan bahwa mobilitas manusia memainkan peran penting dalam
penyebaran spasial penyakit menular. Dalam studi ini, efek mobilitas manusia
pada penyebaran penyakit yang ditularkan melalui vektor dieksplorasi melalui
model host-vektor antar wilayah. Kemungkinan transmisi infeksi selama periode
mobilisasi dapat diabaikan karena populasi vektor diasumsikan konstan di setiap
wilayah. Bilangan reproduksi dasar R0 diperoleh sebagai satu-satunya ambang
batas antara kepunahan dan persistensi homogen penyakit untuk model dengue
antar wilayah dengan mobilitas. Model host-vektor pada dua wilayah dianalisis
lebih dalam untuk melihat pengaruh mobilitas manusia sehat dan terinfeksi terhadap
penyebaran penyakit berperantara nyamuk. Model dua wilayah menunjukkan
bahwa mobilitas manusia terinfeksi akan menurunkan nilai R0. Pada kondisi
endemik di satu kota, nilai ambang mobilitas manusia terinfeksi diperoleh sebagai
batas minimum agar terjadi kondisi bebas penyakit di kedua kota. Skenario khusus
ketika orang yang terinfeksi tetap di lokasi selama periode infeksi menunjukkan
empat kemungkinan kondisi kesetimbangan yakni kondisi bebas penyakit, salah
satu lokasi endemik, dan kedua lokasi endemik. Kondisi endemik di satu kota dan
bebas penyakit di kota yang lain dinamakan sebagai kesetimbangan endemik batas.
Pada penyebaran dengue di dua lokasi, terdapat dua titik kesetimbangan endemik
batas. Hasil analisis dan simulasi numerik ini menunjukkan bahwa peningkatan
mobilitas individu sehat dari wilayah i ke j dapat menjadi strategi pengendalian
untuk manajemen penyakit di wilayah j. Bilangan reproduksi dasar R0 tidak lagi
menjadi satu-satunya ambang batas untuk kepunahan atau persistensi penyakit di
suatu wilayah. Ambang batas lain, R1 dan R2 juga diperlukan untuk penentuan
dinamik dari model. Dengan demikian, mobilitas manusia sehat maupun terinfeksi
dapat menjadi pendorong peningkatan penyebaran penyakit maupun menjadi salah
satu faktor pengontrol tingkat endemik suatu wilayah.