Elektroensefalogram (EEG) merupakan aliran arus ekstraseluler yang timbul dari
aktivitas elektris pada lembaran-lembaran neuron di korteks serebral sebagai tanda
adanya suatu proses kognitif otak. Sinyal visual ditransmisikan dari sel kerucut dan
sel batang di retina mata ke korteks visual primer dan sekunder. Sel kerucut
merupakan reseptor pada mata yang sangat sensitif terhadap warna. Sedangkan sel
batang sensitif terhadap kontras cahaya. Sel kerucut terdiri dari tiga tipe warna yaitu
sel kerucut merah, hijau, dan biru. Masing-masing sel kerucut memiliki
kemampuan dapat menerima panjang gelombang cahaya yang berbeda. Korteks
visual primer menerima langsung sinyal visual dari mata. Korteks ini terletak pada
daerah medial lobus oksipital yang bertugas mengolah informasi bentuk dan pola
visual. Kemudian sinyal ditransmisikan ke korteks visual sekunder untuk analisis
detail visual maupun pemahaman arti visual. Seseorang yang memiliki jumlah sel
kerucut tertentu yang kurang disebut defisiensi penglihatan warna. Sedangkan
hilangnya salah satu tipe sel kerucut, disebut sebagai buta warna parsial. Survei
tingkat persebaran dari buta warna pada ras Kaukasia Eropa pria dan wanita adalah
sekitar 8% dan 0.4%. Pada etnis China dan Jepang pria sekitar 4% dan 6.5%. Buta
warna pada seseorang sebagian besar dapat terjadi karena akibat dari founder event
maupun genetic drift. Orang dengan defisiensi penglihatan warna merah-hijau dan
buta warna parsial mengalami kesulitan melihat informasi numerik yang
tersembuyi dalam gambar dari buku tes Ishihara, hal ini disebabkan karena mereka
memiliki jumlah sel kerucut yang kurang atau hilang, sehingga mengurangi
kepekaan mata terhadap warna. Tes Ishihara merupakan sebuah tes visual yang
digunakan untuk mendeteksi jenis buta warna pada seseorang. Event-Related
Potential (ERP) adalah suatu metode alternatif noninvasif, teknik elektrofisiologis
yang dapat memberikan data milidetik yang akurat tentang proses sensorik dan
kognitif yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau informasi dari stimulus yang
diberikan, selain itu ERP digunakan juga untuk mengukur fungsi kognitif otak.
Dasar pertanyaan pada penelitian ini adalah meskipun orang buta warna parsial
kesulitan dalam melihat informasi angka yang tersembunyi di tiap gambar pada
buku tes Ishihara, karena sel kerucut pada mata mereka tidak dapat mendeteksi
suatu warna merah atau hijau, apakah hal ini juga berpengaruh pada fungsi kognitif
iii
mereka. Maka penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki respon sinyal EEG antara
orang normal dan buta warna parsial dengan menggunakan metode ERP, terutama
ketika mereka diberi rangsangan visual berupa gambar dari buku Ishihara. Pada
penelitian ini, pertama-tama rentang kemunculan ERP akan dicari dengan
menggunakan metode GFP (Global Field Power). Selanjutnya, dengan
menggunakan analisa statistik T-Test, dicari perbedaan signifikan pada tiap rentang
komponen ERP. Analisis topografi untuk melihat distribusi kortikal juga akan
digunakan untuk memperkuat hasil analisis metode ERP. Hasil dari metode ERP
dalam penelitian ini dapat menunjukkan kecenderungan respon otak dari orang buta
warna parsial dan orang normal. Komponen ERP pada latensi 200 ms (N200 dan
P200) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Namun, perbedaan signifikan
ditemukan dalam komponen ERP dari 300 ms (P300 dan N300) pada bagian
temporal yaitu channel P7 dan P8, serta 400 ms (P400 dan N400) pada channel O2.
Hasil tersebut diperkuat dengan hasil topografi fungsional otak, pada latensi 200
ms, kedua kelompok menunjukkan respon dengan pola area persebaran peta otak
yang mirip. Namun, pada latensi 300 dan 400 ms perbedaan yang signifikan muncul
pada daerah inferior dan temporal otak. Hasil ini menunjukkan bahwa pada kedua
kelompok telah mengalami proses visual awal pada latensi 200 ms. Pada latensi 300
dan 400 ms berkaitan dengan proses visual lanjutan dan kognitif yang terkait
dengan pemrosesan informasi visual numerik antara orang normal dan orang buta
warna parsial yang berbeda pula.