Latar Belakang: Manfaat dan resiko berolahraga di lingkungan yang terpapar oleh
polusi udara harus dibandingkan untuk melihat seberapa besar pengaruh lingkungan
yang terpapar oleh polusi udara terhadap kesehatan. Tujuan peneliti ini untuk mengkaji
tentang efek dari berolahraga di lingkungan yang tercemar polusi udara (PM2.5)
terhadap VO2max, kapasitas vital paru, dan jumlah sel darah. Metode: Dua tempat
dengan iklim yang sama (Suhu dan Kelembaban), tetapi dengan jumlah polutan udara
yang berbeda, dipilih di Stadion UPI Bandung (Lower Air Pollution) dan SARAGA
ITB ITB (Higher Air Pollution). Subjek terdiri dari 15 mahasiswa Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan (FPOK) UPI Bandung yang ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini. Seluruh peserta melakukan uji coba berupa tes VO2max, kapasitas vital
paru, dan jumlah sel darah untuk dibandingkan antara kedua tempat. Hasil: Temuan
dalam studi ini menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dalam Hemoglobin
(Hb) dan Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) di udara yang berpolusi lebih tinggi
(p = 0.022 Hb, p = 0.033 MCH). Peningkatan dalam kinerja aerobik (VO2max) selama
PM2.5 yang lebih rendah sebesar 1.25% dibandingkan dengan kondisi PM2.5 yang lebih
tinggi sebesar 1.13% namun tidak signifikan (p = 0.159 lower air polution, p = 0.310
higher air pollution). Peningkatan yang signifikan terjadi dalam rata-rata leukosit dan
trombosit sebesar (14.69% p = 0.044 leukosit, 3.38% p = 0.050 trombosit) dan ini
terjadi pada kondisi polusi udara yang lebih tinggi. Paparan PM2.5 yang rendah maupun
yang tinggi selama subjek tidak latihan dapat menyebabkan penurunan kapasitas vital
paru (-9.89% FVC, -5.79% FEV1, lower air pollution) vs (-12.64% FVC, -11.03%
FEV1, higher air pollution). Kesimpulan: Efek sesaat pada polusi udara terhadap daya
tahan aerobic dapat menghambat peningkatan VO2max dan dapat mengurangi Hb dan
MCH. Sementara itu, terdapat penurunan FVC dan FEV1 seluruh atlet ketika
melakukan kegiatan aktivitas fisik baik di polusi udara yang lebih tinggi maupun pada
polusi udara yang lebih rendah. Meskipun secara kuantitatif penelitian ini menjelaskan
bahwa, efek latihan yang dilakukan secara rutin dapat menekan signifikansi penurunan
FVC dan FEV1 tersebut.