digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Galih Jatu Kurnia
PUBLIC Irwan Sofiyan

Dalam interaksi sosial tidak semua individu merasa aman dan nyaman, ada juga yang memiliki perasaan cemas, takut, atau khawatir dengan lingkungan sekitarnya yang dapat kita sebut dengan kecemasan sosial. Orang yang mengalami kecemasan sosial akan cenderung menarik diri atau membatasi interaksi sosial. Faktanya kecemasan sosial merupakan masalah psikologis yang cukup banyak dialami di dunia, salah satunya oleh orang di Indonesia. Penulis melihat teknologi komunikasi memiliki kaitan yang erat dengan kecemasan sosial. Kehadiran media sosial berbasis teknologi yang hari ini digandrungi masyarakat Indonesia bisa menjadi media ekspresi bagi penderita kecemasan sosial yang cenderung menghindari tatap muka. Namun ketika intensitas penggunaan teknologi komunikasi meningkat justru muncul bentuk baru dari interaksi sosial yang memiliki resiko sama bahkan lebih besar untuk menghadirkan kecemasan. Seperti munculnya evaluasi dan penolakan yang lebih tidak terkontrol dan perdebatan yang masif antar pengguna media sosial. Beberapa isu seperti keberadaan haters, hoaks dan perundungan digital menjadi pemicu kecemasan baru yang bisa hadir dua puluh empat jam, bahkan di ruang privasi. Dengan kata lain, di zaman sekarang zona aman dalam interaksi sosial semakin sempit. Dalam gagasan karya seni media ini, penulis merepresentasi fenomena masalah sosial tersebut. Penulis menggunakan pendekatan seni sebagai representasi persoalan untuk mengungkapkan kondisi kecemasan sosial yang berkaitan dengan isu psikologi dan gangguan mental yang sedang terjadi di masyarakat. Penulis juga menggunakan seni sebagai pengalaman untuk mengajak apresiator merasakan kondisi cemas. Pengalaman sensorik dihadirkan melalui penciptaan karya seni instalasi interaktif sebagai medium presentasi artistik, dan new media art sebagai genre.