Bandara I Gusti Ngurah Rai memperingkati Bandara tersibuk ketiga di Indonesia
(BPS, 2018). Menurut data statistik lalu lintas 2018, Bandara Ngurah Rai sudah
hampir mencapai kapasitas jenuhnya yaitu 23.7 juta penumpang dari 25 juta
penumpang. Keterbatasan lahan Bandara menjadi latar belakang dibutuhkannya
pengoptimalisasian pengembangan fasilitas sisi udara agar dapat memfasilitasi
kebutuhan pergerakan pesawat 10 tahun kedepan. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan alternatif pengembangan fasilitas sisi udara yang optimum terhadap
pertumbuhan pergerakan pesawat 10 tahun kedepan.
Analisis diawali dengan mengevaluasi kinerja fasilitas sisi udara eksisting yang
terdiri dari Runway, Taxiway dan Apron terhadap pergerakan pesawat eksisting dan
pergerakan pesawat 10 tahun kedepan dari hasil Modulasi pesawat hasil regresi
pergerakan penumpang dengan forecast time series. Pada evaluasi kinerja sistem
fasilitas sisi udara ini menggunakan bantuan software ArcPORT. Berdasarkan hasil
evaluasi diusulkan 9 skenario pengembangan yang kemudian dibandingkan dan
dipilih skenario terbaik yang dapat memfasilitasi pergerakan pesawat di Bandara
Ngurah Rai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas sisi udara eksisting tidak dapat
memfasilitasi pergerakan pesawat 10 tahun yang akan datang. Dari 9 skenario yang
diusulkan terpilih pembangunan Rapid Exit Taxiway di N2 yang dapat
mengoptimalkan pergerakan pesawat di tahun 2029 yang dibuktikan dengan
menurunnya Runway Occupancy Time dan peningkatan pergerakan pesawat perhari.