Gaharu adalah kayu yang mengandung resin yang bernilai tinggi. Pohon penghasil
gaharu mulai dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 1990 untuk tujuan konservasi
dan menambah pemasukan bagi petani. Salah satu lokasi budidaya gaharu berada
di Desa Mekarpawitan di Kecamatan Paseh pada lahan milik masyarakat sejak
tahun 2010. Inokulasi merupakan bagian dari budidaya yang sangat penting untuk
dilakukan untuk merangsang pembentukan gubal gaharu. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan perlakuan inokulasi yang cocok untuk diterapkan pada pohon
gaharu, melakukan simulasi model budidaya untuk menentukan produksi gubal dan
menentukan waktu panen serta upaya yang dapat memberikan keuntungan optimal
agar usaha budidaya berkelanjutan.
Eksperimen inokulasi menggunakan RAK faktorial dilakukan untuk mengetahui
kombinasi perlakuan inokulasi yang cocok untuk merangsang pertumbuhan gubal
antara Fusarium sp., pohon gaharu dan metode inokulasi. Produk diestimasi dengan
mengukur luasan pembentukan gubal kemudian volume diproyeksikan untuk
mengetahui hasil produk di masa depan. Kondisi biologis gaharu dilihat dari
bagaimana pohon penghasil gaharu menerima perlakuan dan menghasilkan gubal.
Bioekonomi digunakan sebagai alat pengambilan keputusan terhadap proses
budidaya agar menjadi berkelanjutan dengan mempertimbangkan nilai lingkungan
(laju erosi dan pengatur iklim mikro) dari areal hutan dan memperhatikan kondisi
biologis pohon penghasil gaharu. Simulasi bioekonomi dilakukan dengan
perbedaan discount factor, jumlah lubang inokulasi dan jumlah pohon.
Perlakuan dosis inokulasi 2 cc dan inokulasi 15 lubang/pohon memperoleh skor
pembentukan gaharu tertinggi (0,782cm2/bulan). Analisis bioekonomi menunjukan
budidaya berkelanjutan hanya dengan menginokulasikan pohon sebanyak 5, 15 dan
15 lubang. Sampai dengan akhir proyeksi (bulan ke-43), nilai NPV dengan DF 7%
adalah Rp. 42.983.894,- dan Rp.121.246.138,- dengan DF 17.5% pada pohon yang
diinokulasi sebanyak 15 lubang/pohon.