Infeksi menjadi salah satu penyakit penyebab kematian urutan ketiga di dunia
setelah penyakit stroke dan penyakit jantung. Di Indonesia dan negara
berkembang lainnya, penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan yang masih
dominan ditemukan di berbagai wilayah. Oleh karena itu, upaya pencarian
senyawa antimikroba terus dilakukan. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang
subur yang dapat menjadi tempat hidup berbagai jenis biota, baik itu fauna, flora,
maupun mikroba. Actinomycetes merupakan kelompok bakteri yang berperan
penting dalam produksi antibiotik dan antikanker yang banyak terdapat di dalam
tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan karakterisasi mikroba dari
tanah Gunung Galunggung, Gunung Papandayan, dan perkebunan teh
Pangalengan, serta menguji aktivitas antibakteri hasil fermentasi isolat terhadap
bakteri patogen peka dan resisten terhadap antibiotik. Penelitian ini mencakup
isolasi mikroba penghasil antibakteri, identifikasi dan karakterisasi mikroba yang
mencakup uji secara fisika, kimia serta identifikasi molekuler, modifikasi media
dan optimasi kondisi lingkungan untuk produksi antibakteri, fermentasi untuk
mendapatkan metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antibakteri, dan
karakterisasi metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antibakteri melalui
metode bioautografi. Hasil karakterisasi dan identifikasi secara makroskopik,
mikroskopik, biokimia, dan molekuler, isolat terpilih diidentifikasi sebagai
Streptomyces sp. yang kemudian diberi nama Streptomyces sp. A1. Streptomyces
sp. A1 difermentasi menggunakan 14 komposisi medium yang berbeda dan
aktivitas tertinggi ditunjukkan oleh media M11 yang mengandung dekstrin,
ekstrak sapi, ekstrak ragi, pepton, dekstrosa, dan CaCl2. Media ini yang akan
digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Cairan fermentasi Streptomyces sp. A1
diekstraksi dengan metode esktraksi cair-cair menggunakan pelarut etil asetat,
kloroform, dan n-butanol pada pH 4,5; 7, dan 9. Ekstrak etil asetat memiliki
aktivitas antibakteri tertinggi terhadap Salmonella typhi dan Methicillinsusceptible Coagulase Negative Staphylococci (MSCNS) dengan konsentrasi
hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bakterisidal minimum (KBM)
62,5 µg/mL. Selain itu, aktivitas antibakteri ekstrak juga ditunjukkan terhadap
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Vancomycin-resistant
Enterococci (VRE), Propionibacterium acne, Escherichia coli, Vibrio cholerae,
Neisseria meningitidis, dan Escherichia coli O157:H7 dengan KHM berturutturut sebesar 125, 62,5; 62,5; 250, 125, 250, dan 250 µg/mL dan KBM berturutturut sebesar 250, 125, 125, 250, 250, 500, dan 500 µg/mL. Hasil kromatografi
lapis tipis (KLT) dengan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak
etil asetat: metanol (9:1) menunjukkan adanya enam bercak pada penampang
bercak H2SO4 10% dalam metanol dan penampang bercak sinar UV ?254 nm
dengan Rf 0; 0,23; 0,38; 0,65; 0,84; 0,89 serta satu bercak pada UV ?366 nm
dengan Rf 0,89. Bercak dengan Rf 0,89 memiliki aktivitas terluas yang dapat
menghambat semua bakteri uji yang mencakup MRSA, VRE, MSCNS, P. acne,
E. coli, S. typhi, V. cholerae, N. meningitidis, dan E. coli O157:H7.