Indonesia telah menerbitkan Laku Pandai, sebuah peraturan yang mengatur
tentang layanan perbankan tanpa kantor atau Agency Branchless Banking (ABB),
untuk membantu keuangan inklusif di Indonesia. Dengan adanya layanan ABB,
kesempatan untuk meraih peluang pasar keuangan inklusif yang pada umumnya
sulit menjangkau masyarakat yang tidak menggunakan layanan perbankan
(unbanked) atau yang kurang menggunakan layanan perbankan (underbanked)
menjadi terbuka. Investigasi terhadap preferensi konsumen, sebuah pengetahuan
yang memperhatikan landasar dasar dari alasan seseorang menyukai atau tidak
menyukai suatu objek, dapat membantu prediksi perilaku mengapa ABB akan
disukai. Pemahaman ini dapat membantu marketer untuk membuat strategi
marketing yang dapat berhasil diimplementasikan. Penelitian ini dilakukan secara
bertahap dan spesifik dilakukan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap
ABB di Indonesia.
Bauran metode penelitian dilakukan untuk menarik pemahaman yang lebih baik
terhadap preferensi konsumen. Sebuah eksplorasi penelitian kualitaif dilakukan
untuk membantu identifikasi faktor kriteria evaluasi yang mempengaruhi evaluasi
konsumen terhadap mengambil keputusan untuk menggunakan ABB. Studi ini
dilakukan di dua daerah, yaitu Ciasihan dan Pasar Minggu. Kedua lokasi ini
merepresentasikan layanan ABB yang berhasil di daerah urban maupun rural.
Sejumlah 61 responden diwawancara dengan kombinasi dari 25 responden di
Ciasihan, dan 31 responden di Pasar Minggu. Empat faktor kriteria evaluasi yang
dapat mempengaruhi preferensi konsumen, yaitu layanan, lokasi, keamanan
layanan, dan keuntungan finansial telah diitenfikasi. Faktor-faktor ini dapat
digunakan sebagai landasan dasar untuk studi konfirmatori yang menguji
preferensi konsumen dengan menggunakan studi kuantitatif.
iv
Studi ini menguji preferensi konsumen dengan dua pendekatan kuantitatif, yaitu
analisa MADM dan conjoint. Dua pendekatan analisa ini digunakan untuk
investigasi hubungan internal dari sisi psikologi sikap dan preferensi individu
terhadap ABB. Sejumlah 400 responden ikut berpartisipasi di dalam study
kuantitatif. Analisa MADM digunakan untuk investigasi sikap individu terhadap
layanan perbankan, termasuk ATM, ABB, dan cabang bank. Sejumlah 385
responden ditemukan memiliki evaluasi sikap yang lebih tinggi terhadap ABB
dibandingkan ATM atau kantor cabang. Sarana ABB ditemukan memiliki nilai
evaluasi tertinggi terhadap atribut jarak, yang diikuti oleh nilai kemudahan
layanan, jumlah antrian, error, waktu operasional, dan harga. Kantor cabang
ditemukan memiliki nilai keamanan yang lebih tinggi, namun tidak ditemukannya
evaluasi sikap yang positif. Selanjutnya, sejumlah 16 kombinasi profil conjoint juga
diuji di dalam survey conjoint. Responden diminta untuk mengurutkan setiap profil
layanan untuk menguji konsumen terhadap layanan ABB. Jarak agen yang lebih
diket ditemukan sebagai faktor terpenting di dalam preferensi konsumen, yang
diikuti oleh biaya transaksi, jumlah antrian, jam operasional, dan hari operasional.
Berdasarkan analisa ini, dua kelompok segmentasi yakni kelompok keprihatian
jarak dan kelompok keprihatian harga dapat diidentifikasi lebih lanjut. Kelompok
dengan keprihatian jarak ditemukan lebih dominan dengan jumlah 332 anggota
kelompok.
Studi ini menemukan bahwa jarak ABB dipersepsikan sebagai kriteria utama di
dalam prefernsi konsumen terhadap ABB. Temuan ini ditemukan secara koheren
baik di dalam studi kualitatif dan kuantitatif. Hal ini menunjukkan bahwa
kemudahan geografis sangat berperan mempengaruhi keuangan eklusif yang
terjadi bukan hanya di daerah rural, namun juga di daerah urbam. Selain jarak
ABB, faktor lain yaitu harga, layanan, dan keamanan, juga ditemukan dalam
memengaruhi preferensi terhadap ABB. Faktor-faktor ini memberikan landasan
pemahaman, namun pokok dari penjelasan mengapa unbanked dan underbanked
memiliki kebutuhan yang berbeda dari masyarakat perbankan pada umumnya.
Study ini juga memberikan pencerahan terhadap hubungan sikap dan preferensi,
yang selama ini dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, namun dapat
dibuktikan secara deduktif bahwa adanya hubungan secara inheren yang koheren.
Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dan pencerahan
terhadap regulator, perbankan, dan peneliti yang tertarik untuk mengetahui
preferensi konsumen terhadap ABB.