digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia telah menerbitkan Laku Pandai, sebuah peraturan yang mengatur tentang layanan perbankan tanpa kantor atau Agency Branchless Banking (ABB), untuk membantu keuangan inklusif di Indonesia. Dengan adanya layanan ABB, kesempatan untuk meraih peluang pasar keuangan inklusif yang pada umumnya sulit menjangkau masyarakat yang tidak menggunakan layanan perbankan (unbanked) atau yang kurang menggunakan layanan perbankan (underbanked) menjadi terbuka. Investigasi terhadap preferensi konsumen, sebuah pengetahuan yang memperhatikan landasar dasar dari alasan seseorang menyukai atau tidak menyukai suatu objek, dapat membantu prediksi perilaku mengapa ABB akan disukai. Pemahaman ini dapat membantu marketer untuk membuat strategi marketing yang dapat berhasil diimplementasikan. Penelitian ini dilakukan secara bertahap dan spesifik dilakukan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap ABB di Indonesia. Bauran metode penelitian dilakukan untuk menarik pemahaman yang lebih baik terhadap preferensi konsumen. Sebuah eksplorasi penelitian kualitaif dilakukan untuk membantu identifikasi faktor kriteria evaluasi yang mempengaruhi evaluasi konsumen terhadap mengambil keputusan untuk menggunakan ABB. Studi ini dilakukan di dua daerah, yaitu Ciasihan dan Pasar Minggu. Kedua lokasi ini merepresentasikan layanan ABB yang berhasil di daerah urban maupun rural. Sejumlah 61 responden diwawancara dengan kombinasi dari 25 responden di Ciasihan, dan 31 responden di Pasar Minggu. Empat faktor kriteria evaluasi yang dapat mempengaruhi preferensi konsumen, yaitu layanan, lokasi, keamanan layanan, dan keuntungan finansial telah diitenfikasi. Faktor-faktor ini dapat digunakan sebagai landasan dasar untuk studi konfirmatori yang menguji preferensi konsumen dengan menggunakan studi kuantitatif. iv Studi ini menguji preferensi konsumen dengan dua pendekatan kuantitatif, yaitu analisa MADM dan conjoint. Dua pendekatan analisa ini digunakan untuk investigasi hubungan internal dari sisi psikologi sikap dan preferensi individu terhadap ABB. Sejumlah 400 responden ikut berpartisipasi di dalam study kuantitatif. Analisa MADM digunakan untuk investigasi sikap individu terhadap layanan perbankan, termasuk ATM, ABB, dan cabang bank. Sejumlah 385 responden ditemukan memiliki evaluasi sikap yang lebih tinggi terhadap ABB dibandingkan ATM atau kantor cabang. Sarana ABB ditemukan memiliki nilai evaluasi tertinggi terhadap atribut jarak, yang diikuti oleh nilai kemudahan layanan, jumlah antrian, error, waktu operasional, dan harga. Kantor cabang ditemukan memiliki nilai keamanan yang lebih tinggi, namun tidak ditemukannya evaluasi sikap yang positif. Selanjutnya, sejumlah 16 kombinasi profil conjoint juga diuji di dalam survey conjoint. Responden diminta untuk mengurutkan setiap profil layanan untuk menguji konsumen terhadap layanan ABB. Jarak agen yang lebih diket ditemukan sebagai faktor terpenting di dalam preferensi konsumen, yang diikuti oleh biaya transaksi, jumlah antrian, jam operasional, dan hari operasional. Berdasarkan analisa ini, dua kelompok segmentasi yakni kelompok keprihatian jarak dan kelompok keprihatian harga dapat diidentifikasi lebih lanjut. Kelompok dengan keprihatian jarak ditemukan lebih dominan dengan jumlah 332 anggota kelompok. Studi ini menemukan bahwa jarak ABB dipersepsikan sebagai kriteria utama di dalam prefernsi konsumen terhadap ABB. Temuan ini ditemukan secara koheren baik di dalam studi kualitatif dan kuantitatif. Hal ini menunjukkan bahwa kemudahan geografis sangat berperan mempengaruhi keuangan eklusif yang terjadi bukan hanya di daerah rural, namun juga di daerah urbam. Selain jarak ABB, faktor lain yaitu harga, layanan, dan keamanan, juga ditemukan dalam memengaruhi preferensi terhadap ABB. Faktor-faktor ini memberikan landasan pemahaman, namun pokok dari penjelasan mengapa unbanked dan underbanked memiliki kebutuhan yang berbeda dari masyarakat perbankan pada umumnya. Study ini juga memberikan pencerahan terhadap hubungan sikap dan preferensi, yang selama ini dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, namun dapat dibuktikan secara deduktif bahwa adanya hubungan secara inheren yang koheren. Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dan pencerahan terhadap regulator, perbankan, dan peneliti yang tertarik untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap ABB.