Peningkatan produksi minyak dengan menggunakan metode kombinasi
vibroseismik dan injeksi surfaktan secara bersamaan yang dinamakan
vibrosurfaktan bertujuan untuk memperoleh hasil produksi minyak yang optimum
dan mengkaji potensinya sebagai inovasi baru dalam metode perningkatan
perolehan minyak. Penelitian ini mengobservasi pengaruh dari metode
vibrosurfaktan dalam memaksimalkan produksi minyak melalui beberapa
parameter yang mempengaruhi sifat fisik batuan dan fluida dalam reservoir.
Analisis terhadap kombinasi metode tersebut dilakukan dengan eksperimen
pengujian laboratorium, pemodelan aliran fluida, dan peramalan kinerja produksi
minyak sumuran.
Pengujian laboratorium dilakukan dengan uji coreflooding menggunakan metode
vibroseismik dan injeksi surfaktan secara terpisah. Eksperimen tersebut terbagai
menjadi 3 (tiga) skenario besar, yaitu skenario vibroseismik, skenario injeksi
surfaktan, dan skenario kombinasi kedua metode yang dinamakan skenario
vibrosurfaktan. Pada tahap ini diperoleh skenario vibrosurfaktan menggunakan
frekuensi vibrasi 20 Hz dan konsentrasi 2% sebagai skenario yang paling optimum
dengan perolehan minyak sebesar 69,26%. Parameter yang mempengaruhi
kombinasi metode vibroseismik dan injeksi surfaktan adalah frekuensi vibrasi dan
konsentrasi surfaktan, dimana frekuensi dapat memberikan efek terhadap proses
dislodging dan penggabungan droplet minyak yang terlepas dari dinding pori
batuan (coalescence) dan konsentrasi surfaktan memberikan efek terhadap
penurunan tegangan permukaan serta viskositas minyak sehingga dapat
menghasilkan perolehan minyak yang lebih optimum. Hasil pengujian laboratorium
kemudian digunakan untuk membangun model matematika aliran fluida
menggunakan persamaan aliran fluida Del Rio. Variasi sensitivitas menggunakan
pemodelan matematika menghasilkan frekuensi vibrasi optimum sebesar 20 Hz dan
hasil pengujian viskositas minyak sebagai parameter yang dapat mewakili
konsentrasi surfaktan dengan nilai viskositas paling optimum sebesar 0,75 cp.
Peramalan kinerja produksi sumur dilakukan dengan upscaling model matematika
dari skala laboratorium ke skala lapangan. Analisis decline curve dilakukan pada 7
(tujuh) data produksi sumur pada Lapangan X sebagai baseline terhadap hasil simulasi prediksi menggunakan metode vibroseismik dan vibrosurfaktan. Simulasi
tersebut menghasilkan total kenaikan produksi minyak kumulatif untuk ketujuh
sumur sebesar 207.680 STB dengan metode vibroseismik dan 230.623 STB dengan
metode vibrosurfaktan dimana persentase rata-rata dari perbedaan hasil kedua
metode tersebut sebesar 9,39%. Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian, injeksi
surfaktan dalam metode vibrosurfaktan dapat digunakan untuk menambah
efektivitas vibroseismik dalam menghasilkan produksi minyak yang lebih
optiumum.