Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular dengan angka kejadian cukup tinggi.
Indonesia menempati urutan kedua di dunia dan pasien anak di Indonesia terbanyak di provinsi
Jawa Barat. Pengobatan TB saat ini telah dibuat sesederhana mungkin agar dapat meningkatkan
kepatuhan pasien. Namun, obat-obatan TB tetap ada yang membutuhkan penyesuaian dosis
berdasarkan bobot badan terutama untuk pasien anak. Rifampisin merupakan salah satu obat yang
biasa dibuat dalam sediaan serbuk bagi untuk memudahkan penyesuaian dosis dan penerimaan
pasien anak. Penyiapan sediaan serbuk bagi ini dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya kesalahan medikasi dalam proses pengobatan TB. Tujuan penelitian ini adalah
mengevaluasi keseragaman bobot dan kadar serta melihat korelasi antara dosis dengan jumlah
sampel yang berada di luar batas toleransi pada sediaan serbuk bagi rifampisin. Penelitian dilakukan
pada lima orang staf yang menyiapkan sampel dosis 125 mg dan 225 mg dengan jumlah masingmasing 15 bungkus. Penyiapan sampel diulang sebanyak tiga kali pada hari yang berbeda. Seluruh
sampel dievaluasi keseragaman bobot dan kadarnya menggunakan metode spektrofotometri
visibel dengan batas toleransi bobot dan kadar ±10%, ±15%, dan ±25%. Dari total 225 bungkus
sampel dosis 125 mg dengan batas toleransi kadar ±10%, ±15%, dan ±25% berturut-turut sebanyak
55,11%, 36%, dan 15,56% sampel yang berada di luar batas toleransi. Sedangkan hasil yang lebih
baik terlihat pada total 225 bungkus sampel dosis 225 mg dengan batas toleransi kadar ±10%, ±15%,
dan ±25% berturut-turut sebanyak 36,44%, 18,67%, dan 4,89% sampel yang berada di luar batas
toleransi. Evaluasi serbuk bagi ini menunjukkan kualitas keseragaman bobot dan kadar yang masih
belum baik sehingga dapat menjadi salah satu faktor kesalahan medikasi pada terapi TB pada pasien
anak.