Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di dunia dengan salah satu faktor
penyebab yaitu hipertensi. Hipertensi mengakibatkan suplai nutrisi dan oksigen ke jaringan
terhambat. Hipertensi banyak terjadi akibat pola makan yang kurang terjaga seperti tingginya
konsumsi garam dalam makanan. Masyarakat umumnya menggunakan tanaman tradisional untuk
menurunkan tekanan darah seperti seledri, bawang putih, mentimun, dan lain-lain. Beluntas
merupakan tanaman pagar dan sangat mudah didapat serta belum ada data tentang khasiatnya
sebagai antihipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antihipertensi ekstrak
etanol daun beluntas. Senyawa aktif daun beluntas diekstraksi dengan cara Soxhletasi
menggunakan etanol 96%. Uji khasiat antihipertensi dilakukan pada tikus Sprague Dawley jantan
yang diinduksi dengan kombinasi 0,2 g/kg bb NaCl 2% dan 1,5 mg/kg bb prednison secara oral
setiap hari sekali selama 14 hari. Ekstrak dengan dosis 100 dan 300 mg/kg bb serta obat
pembanding kaptopril 2,25 mg/kg bb diberikan setiap hari sekali selama 7 hari. Tekanan darah
sistolik (TDS) dan diastolik (TDD) diukur pada hari sebelum induksi (H0), setelah induksi (H7 dan
H14), dan setelah pemberian ekstrak uji (H21) dengan metode non invasif direct tail-cuff CODA
Instrument®. Hasil menunjukkan tikus mengalami peningkatan tekanan darah sistolik bermakna
(p<0,05) setelah 7 hari induksi. Pemberian ekstrak dengan kedua dosis selama 7 hari berkhasiat
menurunkan TDS (26,7% pada dosis rendah dan 26,4% pada dosis tinggi) dan TDD (31,6% pada
dosis rendah dan 30,0% pada dosis tinggi) secara bermakna (p<0,05). Kedua dosis ekstrak daun
beluntas menurunkan TDS dan TDD yang tidak berbeda dibandingkan kaptopril. Berdasarkan
hasil-hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa esktrak etanol daun beluntas pada dosis 100
dan 300 mg/kg bb tikus berkhasiat sebagai antihipertensi.