Jawa Barat masuk kepada salah satu provinsi yang memiliki tiga destinasi
pariwisata nasional (DPN), dan sembilan Kawasan pengembangan pariwisata
nasional (KPPN). Taman Wisata Alam (TWA) Tangkuban Parahu dan Wana
Wisata (WW) Kawah Putih merupakan daya tarik wisata (DTW) yang tergabung
dalam DPN. Dua DTW ini menjadi prioritas dalam masing-masing KPPN ditandai
dengan tingkat kunjungan yang paling tinggi diantara KPPN dan selalu meningkat.
Menyadari bahwa dua DTW tersebut adalah prioritas sehingga dianggap penting
memiliki daya saing pariwisata. Daya saing pariwisata ini sesuai dengan indikasi
program menurut RIPPARNAS yaitu adanya revitalisasi daya tarik wisata dalam
upaya peningkatan kualitas, keberlanjutan dan daya saing produk destinasi
pariwisata nasional. Dilihat dari salah satu arahan pembangunan destinasi
pariwisata mengenai daya saing produk destinasi pariwisata nasional terdapat isu
dan fenomena yang berkembang di Jawa Barat mengenai permasalahan utama
pariwisata salah satunya belum memiliki ikon wisata dan paket yang komprehensif
dan berdaya saing. Isu dan fenomena yang berkembang dapat mengerucut kepada
satu masalah besar yaitu tingkat daya saing pariwisata beserta faktor penentu daya
saing diantara kedua DTW. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dengan
melihat persepsi wisatawan dan stakeholder terkait sehingga dapat diketahui tingkat
daya saing pariwisata di dua DTW dan dapat dirumuskannya strategi
pengembangan pariwisata di kedua DTW. Faktor yang dikaji dalam penelitian ini
hanya dua aspek yaitu aspek atraksi utama dengan beberapa variabel yaitu
Fisiografi dan Iklim, Budaya dan Sejarah, Aktivitas Kegiatan, Acara Khusus,
Hiburan, Suprastruktur, prasarana, Ikatan Pasar dan aspek faktor pendukung
iii
dengan variabel infrastruktur. Metode pada penelitian ini penelitian gabungan
antara kuantitatif dan kualitatif (mix-method research). Pendekatan kuantitatif
dilakukan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi daya saing pariwisata
dari sisi wisatawan dan stakeholder dengan menggunakan alat bantu kuesioner
online kepada 200 wisatawan yang pernah berkunjung ke TWA Gn. Tangkuban
Parahu dan WW Kawah Putih dan wawancara terstruktur. Sementara pendekatan
kualitatif digunakan untuk menjadi dasar dalam merumuskan strategi
pengembangan kawasan di kedua DTW menggunakan alat bantu wawancara, dan
hasil analisis kuantitatif yang telah dilakukan. Analisis yang digunakan yaitu
Competitiveness Monitor (CM) yang dapat mengindikasi tingkat daya saing
pariwisata dengan menggunakan skor & warna sehingga terlihat faktor mana saja
yang paling mempengaruhi tingkat daya saing pariwisata di kedua DTW. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa WW Kawah Putih lebih berdaya saing dan
unggul dibandingkan dengan TWA Gn. Tangkuban Parahu.