digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kota Lama Tangerang merupakan cikal bakal berkembangnya Kota Tangerang. Kota Lama menjadi titik pertemuan budaya lokal dengan Tionghoa. Terjadinya akulturasi budaya yang melahirkan etnis baru yaitu Cina Benteng berserta budaya ragawi dan non ragawi. Budaya ragawi berupa bangunan bersejarah dan non ragawi berupa adat istiadat dari masyarakat Cina Benteng. Budaya tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata di Kota Tangerang. Untuk itu perlu dilakukannya penelitian mengenai daya tarik yang berada di Kota Lama Tangerang dan merumuskan strategi untuk mengembangkan daya tarik tersebut sebagai kawasan pariwisata pusaka perkotaan. Pendekatan penelitian yang digunakan yakni deskriptif kualitatif. Selain daya tarik penelitian ini juga mengidentifikasi keberadaan elemen wisata lainnya seperti amenitas dan fasilitas pendukung pariwisata, aksesibilitas, dan kelembagaan. Hasil analisis menunjukkan Kota Lama Tangerang dapat dikembangkan sebagai pariwisata pusaka perkotaan dikarenakan memiliki daya tarik budaya ragawi dan non ragawi dan beserta fasilitas pendukung pariwisata. Daya tarik tersebut memiliki keunikan yang tidak ditemui di daerah lainnya dan memiliki usia yang cukup lama yaitu lebih dari tiga abad. Kondisi fisik bangunan cukup terawat meskipun beberapa rumah khas pecinan dan kebudayaan masyakat juga dilestarikan hingga saat ini. Akan tetapi adanya permasalahan dalam pengembangan daya tarik wisata yaitu belum adanya kebijakan dalam pelestarian bangunan bersejarah, belum maksimalnya upaya publikasi dan promosi, belum adanya alokasi pendanaan untuk pelestarian bangunan bersejarah dan belum adanya kerjasama antar stakholder dalam menyelenggarakan festival budaya khas Cina Benteng. Maka dari itu perlu dirumuskannya strategi berdasarkan permasalahan yang terjadi untuk dapat mengembangkan potensi daya tarik wisata dan menjadikan Kota Lama sebagai pariwisata pusaka perkotaan.