Kota Lama Tangerang merupakan cikal bakal berkembangnya Kota Tangerang.
Kota Lama menjadi titik pertemuan budaya lokal dengan Tionghoa. Terjadinya
akulturasi budaya yang melahirkan etnis baru yaitu Cina Benteng berserta budaya
ragawi dan non ragawi. Budaya ragawi berupa bangunan bersejarah dan non ragawi
berupa adat istiadat dari masyarakat Cina Benteng. Budaya tersebut berpotensi
untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata di Kota Tangerang. Untuk itu perlu
dilakukannya penelitian mengenai daya tarik yang berada di Kota Lama Tangerang
dan merumuskan strategi untuk mengembangkan daya tarik tersebut sebagai
kawasan pariwisata pusaka perkotaan. Pendekatan penelitian yang digunakan yakni
deskriptif kualitatif. Selain daya tarik penelitian ini juga mengidentifikasi
keberadaan elemen wisata lainnya seperti amenitas dan fasilitas pendukung
pariwisata, aksesibilitas, dan kelembagaan. Hasil analisis menunjukkan Kota Lama
Tangerang dapat dikembangkan sebagai pariwisata pusaka perkotaan dikarenakan
memiliki daya tarik budaya ragawi dan non ragawi dan beserta fasilitas pendukung
pariwisata. Daya tarik tersebut memiliki keunikan yang tidak ditemui di daerah
lainnya dan memiliki usia yang cukup lama yaitu lebih dari tiga abad. Kondisi fisik
bangunan cukup terawat meskipun beberapa rumah khas pecinan dan kebudayaan
masyakat juga dilestarikan hingga saat ini. Akan tetapi adanya permasalahan dalam
pengembangan daya tarik wisata yaitu belum adanya kebijakan dalam pelestarian
bangunan bersejarah, belum maksimalnya upaya publikasi dan promosi, belum
adanya alokasi pendanaan untuk pelestarian bangunan bersejarah dan belum adanya
kerjasama antar stakholder dalam menyelenggarakan festival budaya khas Cina
Benteng. Maka dari itu perlu dirumuskannya strategi berdasarkan permasalahan
yang terjadi untuk dapat mengembangkan potensi daya tarik wisata dan menjadikan
Kota Lama sebagai pariwisata pusaka perkotaan.
Perpustakaan Digital ITB