digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Euis Sartika
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Euis Sartika
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Euis Sartika
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Euis Sartika
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Euis Sartika
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Euis Sartika
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Euis Sartika
PUBLIC Yoninur Almira

DAFTAR Euis Sartika
PUBLIC Yoninur Almira


Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia bertemu, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng-lempeng tersebut lebih lanjut menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang memiliki aktivitas kegunungapian dan kegempaan yang cukup tinggi. Kota Bandung merupakan salah satu daerah yang memiliki risiko terdampak gempa bumi cukup tinggi dengan keberadaan kawasan kampung kota yang padat, dan kejadian bencana yang tidak dapat diprediksi, sangat berpengaruh terhadap tingginya korban jiwa dan kerugian harta benda yang dapat ditimbulkan. Namun dengan melakukan tindakan siaga bencana hal tersebut dapat diminimalisir. Tindakan siaga bencana yang diterapkan pada skala permukiman akan sangat membantu dalam menekan jumlah kerugian yang ditimbulkan. Dalam upaya mewujudkan kesiapsiagaan bencana, masyarakat yang bermukim di Kelurahan Tamansari tepatnya di RW 15 dan RW 16 yang termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Bandung Wetan membutuhkan jalur dan tempat evakuasi sebagai salah satu upaya persiapan dalam menghadapi bencana gempa bumi yang kejadiannya tidak dapat di perdiksi. Dalam penentuan jalur evakuasi di lokasi penelitian, masyarakat menjadi penentu utama dalam pemilihan jalur. Penentuan jalur evakuasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dapat meminimalisir jumlah korban yang diakibatkan oleh bencana gempa bumi. Maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu memberikan fakta yang ditemukan dilapangan sesuai persepsi dan preferensi masyarakat terhadap jalur dan tempat yang dapat digunakan untuk evakuasi yang dijelaskan secara lebih mendetail. Sebelum melakukan kegiatan participatory GIS yang menjadi bagian dari kegiatan town watching, peneliti melaksanakan kegiatan FGD dengan melakukan tanya jawab kepada peserta FGD yang berkaitan dengan pengetahuan masyarakat terkait gempa bumi. Hasil dari kegiatan FGD yaitu dapat mengetahui persepsi masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan persiapan dalam menghadapi gempa bumi, dimana sebagian besar masyarakat sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan gempa bumi dan kemana akan mengevakuasi ketika bencana gempa bumi terjadi. Sedangkan hasil dari pelaksanaan town watching dengan melakukan participatory GIS menunjukan hasil preferensi masyarakat terhadap kondisi jalan yang sempit dan dilingkupi bangunan yang padat membuat masyarakat kesulitan untuk melakukan evakuasi. Tidak hanya itu, minimnya ruang terbuka untuk digunakan sebagai tempat evakuasi membuat masyarakat tidak mengetahui harus kemana mengamankanvi diri. Adapun ruang terbuka yang tersedia di lokasi penelitian kapasitasnya sangat jauh dari cukup untuk menampung warga sehingga tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan bencana susulan dipilih warga untuk mengamankan diri. Dengan demikian peneliti menyusun jalur evakuasi yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menuju tempat evakuasi yang lebih aman ketika bencana gempa bumi terjadi sewaktu-waktu. Jalur evakuasi yang disusun menggunakan jalur-jalur berdasarkan hasil preferensi masyarakat pada saat kegiatan participatory GIS yang ditinjau dari masalah yang dapat menimbulkan bahaya susulan seperti kebakaran, terjadinya longsor dan rubuhnya jembatan.