digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yossy Maretha
PUBLIC yana mulyana

Albendazol merupakan obat anticacing spektrum luas. Obat yang merupakan golongan benzimidazol karbamat ini umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi larva cacing sistiserkosis , echinococcosis, nematoda meliputi ascariasis, enterobiasis, cacing tambang, stronglyoidiasis dan trichuriasis (Sweetman. 2009). Berdasarkan sistem bioklasifikasi, obat ini termasuk kelas 2 dimana kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi (Torrado et al. 1997). Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, banyak strategi dilakukan seperti pembentukan kompleks garam, kosolven, kompleksasi dan kombinasi obat dengan pembawa. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan mikrokapsul yang dapat meningkatkan laju disolusi dari albendazol dengan menggunakan 2 polimer yang bersifat hidrofilik serta membandingkannya. Mikrokapsul dibuat dengan metode spray drying, serta digunakan perbandingan antara obat dan polimer 1:1, 1:2, dan 1:4 (b/b). Viskositas polimer PVP K-30 dan PEG 6000 (0,5 ; 1 ; 2% b/v) perlu disesuaikan sebelum membuat larutan feed. Formula masing-masing larutan feed berisi albendazol, PVP K-30, laktosa, aerosil. Sedangkan formula lainnya berisi albendazol, PEG 6000, laktosa, aerosil. Evaluasi mikrokapsul meliputi persentase hasil yang didapatkan, efisiensi enkapsulasi, ukuran partikel, morfologi partikel, dan uji disolusi in vitro. Larutan feed yang dihasilkan memiliki rentang pH 4,16 - 6,31. Rendemen tertinggi sebesar 42,67% dan efisiensi enkapsulasi tertinggi sebesar 71,50 ±5,13% didapatkan pada formula PEG F-3. Mikrografi mikroskop elektron menunjukkan distribusi ukuran ABZ-PVP K-30 sebesar 2-10 ?? dan ABZ-PEG 6000 sebesar 3-10 ?? . Pola difraksi menunjukkan kedua mikrokapsul bersifat amorf. Persen terdisolusi tertinggi pada menit ke 60 didapatkan pada formula PVP F-1 sebesar 81,66± 1,44%. Peningkatan laju disolusi bervariasi pada setiap formula. Hasil analisis faktor similaritas menunjukkan adanya kesamaan pada PVP F-1 dengan PEG F-1, PVP F-2 dengan PVP F-3, PVP F-2 dengan PEG F-2, dan PVP F-3 dengan PEG F-3. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan PVP F-1 memiliki efisiensi disolusi sebesar 74,64± 3,21% dan PEG F-1 sebesar 69,61±6,63% dalam 60 menit. Nilai efisiensi disolusi keduanya menunjukkan tidak berbeda bermakna satu sama lain (p > 0,05).