Kepulauan Nusa Tenggara merupakan bagian paling timur dari rangkaian pulau
yang berada di sepanjang wilayah Busur Sunda yang dicirikan dengan tingkat
seismisitas yang sangat aktif dan mempunyai tatanan geologi yang kompleks akibat
pengaruh subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Sunda di bagian
selatan dan juga didorong oleh busur belakang di bagian utara. Di bagian Nusa
Tenggara Timur memili struktur yang lebih kompleks sebagai akibat proses kolisi.
Pada penelitian ini, metode ambient noise tomography (ANT) digunakan untuk
mendeliniasi struktur bawah permukaan antar pulau sepanjang Busur Sunda timur,
terutama Kepulauan Bali-Nusa Tenggara dan sekitarnya. Interferometry ambient
seismic noise digunakan untuk mendapatkan empirical Green’s function (EGF) dari
gelombang Rayleigh. EGF diperoleh melalui korelasi-silang antara 30 stasiun
BMKG yang berada di Bali-Nusa Tenggara dan sekitarnya dengan periode rekaman
antara Januari hingga Desember 2016. Dari hasil interferometri tersebut, energi
sumber seismik noise di Kepulauan Nusa Tenggara berasal dari azimut 500-1100
dan 2300-2900 yang berasosiasi dengan Laut Banda dan Samudra Hindia. Inversi
kurva Vs terhadap kedalaman dengan menggunakan metode inversi stokastik PSO
memberikan hasil yang sangat baik dengan ditandai oleh hasil yang tidak jauh
berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dari hasil inversi dengan metode RR-PSO
diperoleh ketebalan rata – rata kerak di Kepulauan Nusa Tenggara berkisar ~27-30
km dimana ketebalan kerak lebih tipis di utara dan menebal ke arah Pulau Timor.
Hasil tomografi Pulau Timor mempunyai kerak yang lebih tebal di atas 30 km dan
Pulau Sumba mempunyai tebal kerak ~23-25 km. Anomali tinggi di Pulau Timor
pada kedalaman hingga ~7 km merupakan basement kerak yang terangkat sebagai
akibat dari proses kolisi. Secara keseluruhan data rekaman jaringan seismik local
BMKG dapat dimanfaatkan untuk penentuan struktur seismik di wilayah Indonesia