digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Amandemen Kigali pada Protokol Montreal mengharuskan setiap negara untuk mengurangi produksi dan konsumsi HFC. HFC yang banyak digunakan pada mesin pengondisian residensial adalah R134a. R134a pada penggunaan mesin pengondisian udara dapat digantikan dengan propana. Namun, dalam pemakaiannya propana perlu diperhatikan sifat keterbakarannya. Salah satu, solusi atas hal tesebut adalah pengurangan muatan refrigeran dengan pengecilan volume penukar kalor. Tujuan penelitian ini adalah merancang penukar kalor microchannel pada mesin pengondisian udara dengan fluida propana. Perancangan penukar kalor dilakukan dengan metode Number of Transfer Unit. Perancangan penukar kalor menggunakan Algoritma Genetika untuk memperoleh dimensi penukar kalor yang optimum. Variabel yang akan dioptimasi adalah diameter, jumlah kanal per tabung dan jumlah tabung. Fungsi objektivitas yang digunakan pada algoritma genetika adalah volume minimal. Temperatur kerja dari evaporator dan kondensor adalah 299 dan 328 K. Laju perpindahan kalor pada evaporator dan kondensor adalah 2210 dan 3215 W dengan laju massa propana 0,0079 kg/s. Nilai dimensi utama evaporator adalah diameter 12 ?m, jumlah kanal per tabung 90 dan jumlah tabung 12. Pada kondensor, nilai dimensi utamanya adalah diameter 111 ?m, jumlah kanal per tabung 193 dan jumlah tabung 20. Sirip yang digunakan pada penukar kalor adalah louver fin dengan seri D12. Perubahan temperatur subcooling dan superheat pada evaporator dan kondensor mengakibatkan perubahan panjang maksimal sebesar 1,4% dan 5,2% dari panjang awalnya. Perubahan temperatur udara yang menjadi 303 K, mengakibatkan penambahan panjang kondensor sebesar 4,7% dari panjang awalnya.