Amandemen Kigali pada Protokol Montreal mengharuskan setiap negara untuk
mengurangi produksi dan konsumsi HFC. HFC yang banyak digunakan pada mesin
pengondisian residensial adalah R134a. R134a pada penggunaan mesin pengondisian udara
dapat digantikan dengan propana. Namun, dalam pemakaiannya propana perlu diperhatikan
sifat keterbakarannya. Salah satu, solusi atas hal tesebut adalah pengurangan muatan
refrigeran dengan pengecilan volume penukar kalor.
Tujuan penelitian ini adalah merancang penukar kalor microchannel pada mesin
pengondisian udara dengan fluida propana. Perancangan penukar kalor dilakukan dengan
metode Number of Transfer Unit. Perancangan penukar kalor menggunakan Algoritma
Genetika untuk memperoleh dimensi penukar kalor yang optimum. Variabel yang akan
dioptimasi adalah diameter, jumlah kanal per tabung dan jumlah tabung. Fungsi objektivitas
yang digunakan pada algoritma genetika adalah volume minimal.
Temperatur kerja dari evaporator dan kondensor adalah 299 dan 328 K. Laju
perpindahan kalor pada evaporator dan kondensor adalah 2210 dan 3215 W dengan laju
massa propana 0,0079 kg/s. Nilai dimensi utama evaporator adalah diameter 12 ?m, jumlah
kanal per tabung 90 dan jumlah tabung 12. Pada kondensor, nilai dimensi utamanya adalah
diameter 111 ?m, jumlah kanal per tabung 193 dan jumlah tabung 20. Sirip yang digunakan
pada penukar kalor adalah louver fin dengan seri D12. Perubahan temperatur subcooling dan
superheat pada evaporator dan kondensor mengakibatkan perubahan panjang maksimal
sebesar 1,4% dan 5,2% dari panjang awalnya. Perubahan temperatur udara yang menjadi 303
K, mengakibatkan penambahan panjang kondensor sebesar 4,7% dari panjang awalnya.