digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemanfaatan Spirogyra sp. di Indonesia saat ini masih terbatas sebagai bahan pancing ikan, padahal makroalga ini diketahui dapat mengakumulasi metabolit sekunder yang bernilai ekonomi tinggi, salah satunya adalah astaksantin. Lebih lanjut penambahan hidrogen peroksida (H2O2) dapat meningkatkan sintesis senyawa antioksidan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan astaksantin di dalam biomassa Spirogyra sp. dengan melalui penambahan H2O2 dengan konsentrasi 0,01 mM, 0,1 mM, dan 1 mM pada hari ke-6 setelah kultivasi. Kultivasi Spirogyra sp. dilakukan di dalam wadah transparan berukuran 16×16×7,5 cm. Wadah kultivasi ditempatkan pada rak kultivasi yang memiliki pencahayaan lampu fluoresen dengan intensitas 2000-2500 lux dan diberikan aerasi sebesar 1 vvm. Pemanenan kultur dilakukan setiap dua hari sekali disertai dengan penimbangan berat basah dan kering, dan konsentrasi nitrat di dalam medium diukur dengan metode spektrofotometri. Biomassa Spirogyra sp. dikeringkan dengan metode freeze dry dan selanjutnya dilakukan ekstraksi maserasi astaksantin menggunakan pelarut metanol:diklorometana (3:1). Kandungan astaksantin ditentukan melalui metode high performance liquid chromatography (HPLC) dengan kolom reverse phase 18C, fase gerak metanol:akuabides (95:5), kecepatan aliran 1 mL/menit, dan pembacaan dilakukan dengan detektor UV 474 nm. Penambahan H2O2 terbukti dapat meningkatkan kandungan astaksantin di seluruh variasi konsentrasi. Kandungan astaksantin tertinggi terukur pada variasi konsentrasi H2O2 0,1 mM di hari ke-8 kultivasi sebesar 0,207 mg/g, atau meningkat sebesar 4,3 kali lipat dari kondisi kontrol sebesar 0,039 mg/g. Akan tetapi, pemberian cekaman oksidatif juga mempengaruhi perolehan biomassa dengan penurunan mencapai 48,57% pada H2O2 0,1 mM di hari ke-8 kultivasi. Estimasi produktivitas astaksantin menunjukan kultivasi Spirogyra sp. dengan penambahan H2O2 0,1 mM menghasilkan produktivitas tertinggi, yaitu 7,830 kg/ha.tahun, atau 1,3 kali lebih tinggi dibandingkan kondisi kontrol. Hasil penelitian ini menunjukan penambahan H2O2 dapat meningkatkan kandungan astaksantin, namun diiringi dengan penurunan produksi biomassa.