Masih kecilnya pemanfaatan sumber daya alam (gas) untuk pembangunan wilayah
KIT (Kawasan Indonesia Timur), salah satunya dikarenakan alokasi sumber daya
tersebut masih berorientasi pada pemenuhan ekspor. Peningkatan alokasi sumber
daya alam (gas) untuk kebutuhan domestik diharapkan mampu mendorong
peningkatan perekonomian di wilayah KIT baik di sektor pengadaan listrik, gas
serta untuk industri lainnya dimana gas menjadi bahan baku seperti Industri Pupuk,
serta Petrokimia.
Peningkatan perekonomian ini nantinya tercermin dari peningkatan Produk
Domestik Bruto (PDB) secara umum dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) wilayah KIT secara khusus. Berbeda dengan Input-Output, penerapan
metode Social Accounting Matrix (SAM) bisa digunakan untuk memberikan
gambaran perekonomian secara lengkap karena mencakup semua aspek transaksi
di suatu wilayah, mulai dari transaksi input-output itu sendiri, hingga transaksi
sosial sebagai penyeimbang, dalam hal ini Indonesia dan wilayah KIT sebagai
bagiannya. Karena keterbatasan data pada transaksi wilayah KIT, maka dilakukan
pendekatan melalui rasio PDRB terhadap PDB.
Koefisien pengganda yang diperoleh melalui metoda SAM ini berupa matriks yang
saling berhubungan/square matrix. Dengan adanya gangguan/shock dari
pengembangan industri berbasis gas ini, terjadi peningkatan pada PDRB dan PDB.
Rasio antara peningkatan PDRB dan PDB memiliki nilai yang sama dengan rasio
akumulasi PDRB dari sektor gas wilayah KIT terhadap PDB sektor gas nasional
sebesar 3,32%.