Perkembangan kondisi bisnis kosmetik belakangan ini sangat menantang bagi PT XYZ, salah satu
perusahaan manufaktur kosmetik terbesar dan pencetus kosmetik halal pertama di Indonesia. PT
XYZ harus meningkatkan fleksibilitas, produktivitas, dan memastikan stabilitas kualitas produknya.
Oleh karena itu, manifestasi pada Smart Factory dan Industri 4.0 merupakan salah satu rencana
strategis PT XYZ dalam lima tahun ke depan. Tantangan selanjutnya yang harus dijawab adalah
bagaimana mengembangkan orang-orang di bidang manufaktur agar siap menghadapi kondisi
tersebut. Kesalahan dalam pekerjaan dan keselamatan kerja masih menjadi masalah karena
kurangnya pengetahuan. Tingkat pendidikan operator juga bisa menjadi potensi kendala. Dengan
demikian, untuk mengembangkan dan merekrut orang-orang agar sesuai dengan kondisi smart
factory , perusahaan harus menetapkan model kompetensi untuk tingkat operator bekerja di pabrik
masa depan.
Langkah pertama untuk mendefinisikan model kompetensi adalah mendefinisikan kerangka model
kompetensi sehingga dapat mengakomodasi user . Setelah itu, konten model kompetensi
didefinisikan dengan meninjau pekerjaan, tugas utama, pengetahuan, keterampilan ( hard-skill ), dan
sikap yang dibutuhkan oleh operator untuk melakukan pekerjaan. Penulis juga mendefinisikan
soft-skill yang dibutuhkan dengan membandingkan profil kompetensi perusahaan dengan literatur
mengenai Industri 4.0. Data primer dan sekunder digunakan selama pengembangan model. Data
primer diperoleh melalui wawancara dan diskusi dengan para pemimpin terkait di divisi manufaktur
sedangkan data sekunder difokuskan pada studi sebelumnya terkait dengan penerapan Industri 4.0
di industri manufaktur.
Dari analisis data, terdapat empat kompetensi spesifik terkait pekerjaan (kompetensi teknis) dan
empat soft skill (kompetensi non-teknis) yang secara langsung mendukung implementasi Smart
Factory. Selanjutnya, daftar kompetensi yang diperlukan disusun dalam bentuk diagram alur untuk
menggambarkan keterkaitan antara kompetensi ( Base dan Pillar Competency Model ) dan dalam
bentuk matriks pemetaan kompetensi ( Competency Matrix Mapping Model ) untuk membantu proses
pengembangan operator.