digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perkembangan kondisi bisnis kosmetik belakangan ini sangat menantang bagi PT XYZ, salah satu perusahaan manufaktur kosmetik terbesar dan pencetus kosmetik halal pertama di Indonesia. PT XYZ harus meningkatkan fleksibilitas, produktivitas, dan memastikan stabilitas kualitas produknya. Oleh karena itu, manifestasi pada Smart Factory dan Industri 4.0 merupakan salah satu rencana strategis PT XYZ dalam lima tahun ke depan. Tantangan selanjutnya yang harus dijawab adalah bagaimana mengembangkan orang-orang di bidang manufaktur agar siap menghadapi kondisi tersebut. Kesalahan dalam pekerjaan dan keselamatan kerja masih menjadi masalah karena kurangnya pengetahuan. Tingkat pendidikan operator juga bisa menjadi potensi kendala. Dengan demikian, untuk mengembangkan dan merekrut orang-orang agar sesuai dengan kondisi smart factory , perusahaan harus menetapkan model kompetensi untuk tingkat operator bekerja di pabrik masa depan. Langkah pertama untuk mendefinisikan model kompetensi adalah mendefinisikan kerangka model kompetensi sehingga dapat mengakomodasi user . Setelah itu, konten model kompetensi didefinisikan dengan meninjau pekerjaan, tugas utama, pengetahuan, keterampilan ( hard-skill ), dan sikap yang dibutuhkan oleh operator untuk melakukan pekerjaan. Penulis juga mendefinisikan soft-skill yang dibutuhkan dengan membandingkan profil kompetensi perusahaan dengan literatur mengenai Industri 4.0. Data primer dan sekunder digunakan selama pengembangan model. Data primer diperoleh melalui wawancara dan diskusi dengan para pemimpin terkait di divisi manufaktur sedangkan data sekunder difokuskan pada studi sebelumnya terkait dengan penerapan Industri 4.0 di industri manufaktur. Dari analisis data, terdapat empat kompetensi spesifik terkait pekerjaan (kompetensi teknis) dan empat soft skill (kompetensi non-teknis) yang secara langsung mendukung implementasi Smart Factory. Selanjutnya, daftar kompetensi yang diperlukan disusun dalam bentuk diagram alur untuk menggambarkan keterkaitan antara kompetensi ( Base dan Pillar Competency Model ) dan dalam bentuk matriks pemetaan kompetensi ( Competency Matrix Mapping Model ) untuk membantu proses pengembangan operator.