digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Avtur dan bioavtur merupakan gabungan beberapa senyawa alkana dengan komposisi dominan C10-C14. Pengembangan bioavtur menjadi pilihan ketika cadangan minyak bumi semakin menipis, sebagian besar avtur berasal dari impor serta penggunaan avtur berdampak negatif pada lingkungan. Penelitian ini bertujuan menguji keampuhan metode pembuatan sabun basa logam bervalensi dua yang diusulkan Soerawidjaja (2018), yaitu metode Akers dkk yang dimodifikasi dengan pembubuhan katalis kalsium digliseroksida serta untuk menentukan nilai ? yang optimal pada sabun basa logam berumus kimia ?Ca(OH)2.(1-?)Zn(OH)2.Mg(RCOO)2. Hidroksida campuran logam Mg(OH)2.?Ca(OH)2.(1-?)Zn(OH)2 untuk pembuatan sabun dibuat melalui metode kopresipitasi dengan nilai ?= 0,55; 0,75; 0,95. Minyak kelapa yang akan disabunkan dicoba dibebaskan dari lipid terstruktur tetapi hasilnya kurang memuaskan. Sabun basa logam yang terbentuk dianalisis angka asam dan persentase hidroksida tersabunkannya dan ditelaah kelakuan termalnya dengan TGA. Sabun basa logam kemudian didekarboksilasi pada temperatur 400 0C dan tekanan atmosferik. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran hidroksida logam dengan nilai ? = 0,95 adalah yang paling tidak mudah terdehidrasi pada suhu di bawah 4000C. Dari segi karakter dekomposisinya, sabun basa logam dengan ? = 0,55 adalah yang paling mudah terdekomposisi pada temperatur < 500 oC. Sabun basa logam dengan ? = 0,95 dan waktu penyabunan = 7 jam memberikan nilai hidroksida tersabunkan (HST) terbesar yakni 28,0% dan dekarboksilasinya menghasilkan perolehan fraksi C10 – C14 terbesar yakni 80,8%. Di sisi lain, dekarboksilasi sabun basa logam dengan ? = 0,95 dan waktu penyabunan = 4 jam memberikan perolehan fraksi C11 terbesar yakni 14,9% serta kadar iso-alkana terbesar yakni 17,9 %.