digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Widya Pramesti
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Widya Pramesti
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Widya Pramesti
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Widya Pramesti
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Widya Pramesti
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Widya Pramesti
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Widya Pramesti
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

Kejadian gempa Palu-Donggala yang terjadi pada 28 September 2018 merupakan akibat dari aktivitas sesar Palu Koro. Gempa tersebut berkekuatan Mw 7.5 dengan pusat gempa di Kabupaten Donggala dan berdampak sangat merusak di Kota Palu. Kepadatan penduduk di Kota Palu mengakibatkan tingginya korban akibat peristiwa tersebut. Kerusakan yang terjadi akibat adanya gempabumi berhubungan dengan karakteristik bawah permukaan di suatu tempat. Untuk mengkarakterisasi bawah permukaan Kota Palu, dilakukan pengukuran data mikrotremor di 22 titik yang mencakup seluruh Kota Palu selama tiga bulan dari Februari hingga Mei 2015. Untuk memetakan karakteristik dinamik bawah permukaan berupa amplifikasi dan frekuensi dominan, digunakan metode Horizontal-to-Vertical Spectral Ratio (HVSR). Selanjutnya, inversi data HVSR menggunakan metoda Monte Carlo dilakukan untuk mengetahui nilai kecepatan gelombang geser (Vs) dan kedalaman engineering bedrock di Kota Palu. Berdasarkan model Vs yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan kecepatan gelombang geser rata-rata 30 meter di bawah permukaan (Vs30) untuk mengklasifikasi jenis tanah di Kota Palu. Dari peta frekuensi dominan yang dihasilkan, diperoleh kesimpulan bahwa di bagian utara hingga tenggara Kota Palu merupakan daerah yang mempunyai frekuensi dominan rendah yang mengindikasikan bahwa di dalamnya terdapat lapisan sedimen tebal. Peta ampifikasi menunjukkan bahwa di daerah utara Kota Palu memberikan nilai amplifikasi yang tinggi. Hal tersebut berhubungan dengan hasil peta frekuensi dominan karena sedimen yang tebal akan memberikan nilai amplifikasi gelombang gempa yang tinggi. Hasil inversi menunjukkan bahwa terdapat struktur cekungan yang terisi sedimen di bagian utara hingga ke arah tenggara Kota Palu dan memiliki ketebalan lebih besar dibandingkan dengan bagian barat Kota Palu. Jenis tanah di 30 meter pertama Kota Palu bagian utara hingga ke tenggara pada umumnya berupa tanah lunak (SE) sedangkan di Kota Palu bagian selatan hingga ke barat daya pada umumnya berupa tanah sedang (SD). Lebih jauh, dengan membandingkan wilayah terdampak gempa Palu-Donggala pada tahun 2018, menunjukkan bahwa data hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan daerah kerusakan.