Tingkat kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan rumah (backlogkepemilikan)
di Indonesia masih sangat besar mencapai 11,4 juta unit rumah di
tahun 2015. Kesenjangan tersebut berdampak pada meningkatnya jumlah
pembangunan rumah dalam jumlah besar di Indonesia, khususnya rumah susun
vertikal atau apartemen. Pembangunan tersebut berfokus pada sektor menengah dan
menengah bawah yang diisi oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),
khususnya di kota-kota besar di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Bangunan
pada dasarnya mengkonsumsi energi seperti bahan bakar dan listrik dalam tiap
proses tahapan hingga bangunan tersebut terbangun. Dengan meningkatnya
pembangunan apartemen kelas menengah dan bawah, tentunya juga membutuhkan
atau mengkonsumsi energi yang semakin besar pula. Energi yang terkandung pada
bangunan disebut dengan Embodied Energy (EE) bangunan. Konsumsi energi yang
semakin besar apabila tidak dikendalikan maka dapat mengakibatkan dampak
negatif terhadap lingkungan. Salah satu dampak lingkungan dari penggunaan energi
adalah timbulnya emisi karbon (CO2) yang dianggap menjadi salah satu faktor
penyebab peningkatan suhu dunia (global warming) dan perubahan iklim yang telah
dirasakan saat ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi nilai
energi beserta dampak emisi karbon dari pembangunan apartemen kelas menengah
bawah yang diprediksi akan semakin meningkat. Penelitian ini akan menggunakan
pendekatan penilaian siklus hidup (LCA) yang dapat melihat dari berbagai tahapan
fase konstruksi sebuah bangunan. Penelitian ini menggunakan model analisis I-O
yang mengkonversi data level makro ekonomi menjadi data energi sektoral. Metode
ini dianggap sangat kuat dan andal untuk digunakan serta dianggap tepat untuk
digunakan di Indonesia dimana ketersediaan data yang masih relatif buruk.
Penelitian ini akan diawali dengan (1) mengidentifikasi ruang lingkup serta
kebutuhan dan sumber data yang akan digunakan dalam pengukuran analisis inputoutput,
lalu (2) melakukan pengukuran nilai energi dan emisi karbon material
bangunan pada fase konstruksi apartemen kelas menengah bawah dengan
menggunakan analisis berbasis input-output, (3) mengidentifikasi pola-pola yang
terjadi antar kasus apartemen, dan (4) mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh pada nilai embodied energi dan emisi karbon. Terdapat enam kasus
yang diteliti. Pada tahap 1 ditemukan bahwa ruang lingkup penelitian ini
merupakan cradle to completion dengan sumber data primer dan sekunder, dimana
penggunaan data sekunder berupa tahun rata-rata kecuali data Tabel I-O Indonesia
yang dibuat per 5 tahun, sehingga digunakan tahun terakhirnya (2010). Sedangkan
pada tahap 2, teridentifikasi bahwa nilai embodied energi total (gabungan
arsitektural unit dan struktural) dari kasus apartemen kelas menengah bawah
mencapai 0.613 GJ/m2 hingga 0.834 GJ/m2, dengan nilai emisi karbon mencapai
51.99 kgCO2/m2 hingga 68.19 kgCO2/m2. Selain itu nilai energi dan emisi karbon
pada pekerjaan arsitektural cenderung lebih besar dibandingkan pekerjaan
struktural mencapai 1,5 hingga 3 kali lipat. Pada tahap 3, dapat diidentifikasi bahwa
terdapat berbagai pola-pola perbedaan dari berbagai kasus berdasarkan
perbandingan pekerjaan, material dan instalasi/upah. Pada pekerjaan arsitektural,
nilai terbesar terletak pada pekerjaan mortar dan lantai dengan terbesar pada
material mortar, sedangkan pada pekerjaan struktural terletak pada pekerjaan plat
lantai dengan terbesar pada material besi. Sedangkan pada perbandingan
instalasi/upah, nilai terbesar pada pekerjaan mortar sehingga diperlukan inovasi
metode dan teknologi yang dapat menurunkan energi dan emisinya. Sedangkan
pada pekerjaan marmer, curtain wall, keramik, ACP, aluminium dan bata ringan,
kaca, didominasi oleh energi yang terkandung dalam material, sehingga strategi
penurunannya harus berfokus pada tahap industri dan transportasi. Dan pada tahap
4, beberapa faktor yang dapat diidentifikasi antara lain terkait pemilihan material,
konfigurasi bangunan, dan rasio pembesian (efektifitas dan efisiensi perhitungan
struktur).
Perpustakaan Digital ITB