digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Topik dalam tugas akhir ini membahas isu bisnis tentang Performance Management System (PMS) yang menjadi permasalahan terkini di perusahaan. Topik ini perlu dikaji supaya perusahaan mendapatkan solusi guna peningkatan efektifitas dari implementasi PMS di perusahaan. PT. DEFIND memulai implementasi PMS sampai dengan level individu dari sejak tahun 2016. Berdasarkan hasil perhitungan Performance Appraisal dari data di Divisi HCOD, bahwa rata-rata pencapaian Key Performance Indicator (KPI) dari delapan belas (18) divisi yang ada di perusahaan pada Tahun 2016 sebesar 75%, tahun 2017 sebesar 70%, dan tahun 2018 sebesar 86%. Sehingga rata-rata pencapaian KPI seluruh divisi di PT. DEFIND selama tiga (3) tahun terakhir sebesar 77 % dari target 100%. Hal tersebut menunjukkan pencapaian KPI masih berada jauh di bawah target yang diharapkan. Disamping itu permasalahan berikutnya yang terjadi adalah hampir sebagian besar divisi-divisi fungsi bisnis inti perusahaan memiliki pencapaian KPI yang lebih rendah dibandingkan KPI divisi-divisi fungsi pendukung perusahaan. Dimana dalam tiga tahun terakhir, rata-rata pencapaian KPI divisi-divisi fungsi bisnis inti sebesar 70%, sementara pencapaian KPI divisi-divisi fungsi pendukung sebesar 89%. Berdasarkan hasil data tersebut, bahwa isu bisnis pertama yang menjadi permasalahan di PT. DEFIND adalah hampir sebagian besar divisi di Perusahaan belum mencapai hasil kinerja KPI dengan efektif. Oleh karena itu perlu diidentifikasi dari indikator tersebut apa penyebab masalah KPI tidak tercapai dengan optimal. Sementara isu bisnis kedua adalah mengapa KPI divisi-divisi fungsi bisnis inti cenderung lebih rendah dibandingkan KPI divisi-divisi fungsi pendukung. Oleh karena itu tesis ini berupaya untuk mencari penyebab masalah serta memberikan solusi terhadap kedua isu bisnis tersebut. Hasil dari root cause analysis di dalam pembahasan tesis ini menunjukkan bahwa permasalahan terletak pada kurangnya sistem remunerasi atau insentif untuk memotivasi pegawai dalam mencapai target kinerjanya serta kurangnya koordinasi antar fungsi / divisi. Oleh karena itu solusi yang disarankan penulis untuk isu bisnis pertama adalah program pemberian insentif kinerja berbasis merit pay system. Sedangkan solusi untuk isu bisnis kedua adalah pembuatan aturan dalam kebijakan PMS di perusahaan dimana nilai akhir KPI divisi fungsi pendukung dipengaruhi oleh KPI divisi fungsi bisnis inti. Sehingga koordinasi dan kerja sama antar fungsi / divisi pendukung dengan bisnis inti diharapkan bisa meningkat. Melalui solusi-solusi tersebut diharapkan dapat mengantarkan PT. DEFIND mencapai tujuan bisnisnya dengan optimal.