Prasetyadi (2007) dalam penelitian disertasi yang salah satu lokasinya bertempat
pada Komplek Mélange Luk Ulo, telah menghasilkan beberapa temuan baru,
salah satunya adalah Komplek Larangan berumur Eosen Akhir yang berada di
bagian utara Komplek Mélange Luk Ulo, yaitu pada Kabupaten Banjarnegara,
Jawa Tengah. Komplek atau Satuan ini memiliki kemiripan ciri lapangan dengan
Satuan Mélange Jatisamit, yaitu struktur block in matrix dan boudin dengan blok
batupasir (graywacke) sebagai yang dominan, serta blok filit, sekis, basal, breksi
polimik, dan batulanau yang dalam jumlah sedikit. Keseluruhan blok tersebut
tertanam dalam masa dasar batulempung bersisik (scaly) berwarna hitam, dengan
kedudukan umum ke arah timur timurlaut-barat baratdaya dengan kemiringan
sekitar 39o ke arah selatan menenggara. Arah umum sumbu terpanjang boudin
umumnya sejajar dengan bidang cleavage, dengan kedudukan rekahan buka tegak
lurus arah sumbu terpanjangnya, yang perkembangan rekahan buka makin intensif
kearah ujung boudin. Hubungan antar sesar, rekahan buka, orientasi boudin, dan
kedudukan cleavage dapat digambarkan dengan hubungan riedel shear yang
menunjukan pergerakan menganan (dextral).
Mekanisme deformasi yang mengontrol pembentukan Satuan Larangan adalah
deformasi kenyal yang membentuk boudin pada blok batupasir, dan cleavage
pada masa dasar batulempung melalui mekanisme pressure solution. Kemudian
deformasi getas dengan terbentuknya rekahan dan sesar pada boudin akibat
kontrol tekanan yang meningkat. Satuan Larangan mengalami minimal tiga fase
deformasi, yaitu fase pertama dengan pembentukan struktur jaringan (web
structure) pada boudin batupasir, fase kedua dengan pembentukan boudin dan
cleavage melalui mekanisme deformasi kenyal yang dikontrol oleh peningkatan
tekanan dan temperatur, dan fase ketiga dengan pembentukan rekahan dan sesar
pada boudin akibat rupture, dikarenakan terlewatinya batas kekuatan boudin
karena kontrol tekanan yang terus meningkat. Pengamatan pembanding pada
Satuan Mélange Jatisamit memberikan gambaran karakteristik satuan dan
mekanisme deformasi yang sama, namun lebih memiliki variasi dari blok batuan
pada pengamatan lapangan.
ii
Hasil analisis fosil nanoplangton pada sampel masa dasar batulempung Satuan
Larangan menujukan umur Eosen Akhir (NP.20), yang ditandai dengan
kemunculan awal Sphenolithus pseudoradians dan kemunculan akhir Discoaster
saipanensis. Penunjukan umur tersebut menjadikan Satuan Larangan bukan
merupakan mélange yang terbentuk pada proses subduksi Kapur Akhir-Paleosen.
Namun merupakan batuan yang terbentuk melalui proses pensesaran yaitu
kataklasit, akibat peristiwa tumbukan benua mikro lepasan dari Gondwana dengan
batas timur daratan Sunda yang berlangsung setelah Paleosen sampai permulaan
Oligosen Awal.
Proses pembentukan Satuan Larangan sendiri memiliki kemiripan dengan
pembentukan mélange, yang merupakan suatu sistem sesar naik pada suatu zona
sesar dengan kedalaman sekitar 6-9 kilometer (± 1 kilometer) yang dikonversi dari
temperatur 165-225oC (± 30oC) yang diperoleh dari nilai illite crystallinity (IC),
dengan asumsi peningkatan panas bumi pada kerak benua sekitar 25oC km-1.