digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Prasetyadi (2007) dalam penelitian disertasi yang salah satu lokasinya bertempat pada Komplek Mélange Luk Ulo, telah menghasilkan beberapa temuan baru, salah satunya adalah Komplek Larangan berumur Eosen Akhir yang berada di bagian utara Komplek Mélange Luk Ulo, yaitu pada Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Komplek atau Satuan ini memiliki kemiripan ciri lapangan dengan Satuan Mélange Jatisamit, yaitu struktur block in matrix dan boudin dengan blok batupasir (graywacke) sebagai yang dominan, serta blok filit, sekis, basal, breksi polimik, dan batulanau yang dalam jumlah sedikit. Keseluruhan blok tersebut tertanam dalam masa dasar batulempung bersisik (scaly) berwarna hitam, dengan kedudukan umum ke arah timur timurlaut-barat baratdaya dengan kemiringan sekitar 39o ke arah selatan menenggara. Arah umum sumbu terpanjang boudin umumnya sejajar dengan bidang cleavage, dengan kedudukan rekahan buka tegak lurus arah sumbu terpanjangnya, yang perkembangan rekahan buka makin intensif kearah ujung boudin. Hubungan antar sesar, rekahan buka, orientasi boudin, dan kedudukan cleavage dapat digambarkan dengan hubungan riedel shear yang menunjukan pergerakan menganan (dextral). Mekanisme deformasi yang mengontrol pembentukan Satuan Larangan adalah deformasi kenyal yang membentuk boudin pada blok batupasir, dan cleavage pada masa dasar batulempung melalui mekanisme pressure solution. Kemudian deformasi getas dengan terbentuknya rekahan dan sesar pada boudin akibat kontrol tekanan yang meningkat. Satuan Larangan mengalami minimal tiga fase deformasi, yaitu fase pertama dengan pembentukan struktur jaringan (web structure) pada boudin batupasir, fase kedua dengan pembentukan boudin dan cleavage melalui mekanisme deformasi kenyal yang dikontrol oleh peningkatan tekanan dan temperatur, dan fase ketiga dengan pembentukan rekahan dan sesar pada boudin akibat rupture, dikarenakan terlewatinya batas kekuatan boudin karena kontrol tekanan yang terus meningkat. Pengamatan pembanding pada Satuan Mélange Jatisamit memberikan gambaran karakteristik satuan dan mekanisme deformasi yang sama, namun lebih memiliki variasi dari blok batuan pada pengamatan lapangan. ii Hasil analisis fosil nanoplangton pada sampel masa dasar batulempung Satuan Larangan menujukan umur Eosen Akhir (NP.20), yang ditandai dengan kemunculan awal Sphenolithus pseudoradians dan kemunculan akhir Discoaster saipanensis. Penunjukan umur tersebut menjadikan Satuan Larangan bukan merupakan mélange yang terbentuk pada proses subduksi Kapur Akhir-Paleosen. Namun merupakan batuan yang terbentuk melalui proses pensesaran yaitu kataklasit, akibat peristiwa tumbukan benua mikro lepasan dari Gondwana dengan batas timur daratan Sunda yang berlangsung setelah Paleosen sampai permulaan Oligosen Awal. Proses pembentukan Satuan Larangan sendiri memiliki kemiripan dengan pembentukan mélange, yang merupakan suatu sistem sesar naik pada suatu zona sesar dengan kedalaman sekitar 6-9 kilometer (± 1 kilometer) yang dikonversi dari temperatur 165-225oC (± 30oC) yang diperoleh dari nilai illite crystallinity (IC), dengan asumsi peningkatan panas bumi pada kerak benua sekitar 25oC km-1.