Seiring dengan semakin berkurangnya bijih emas non-refraktori, pengolahan bijih
emas refraktori mulai dipertimbangkan. Untuk mengolah bijih emas refraktori
diperlukan proses pre-treatment bijih emas refraktori untuk meningkatkan persen
ekstraksi emasnya, sehingga dikembangkanlah proses biooksidasi. Dalam
penelitian ini, dilakukan percobaan biooksidasi terhadap mineral waste emas tipe
clay yaitu mineral dari overburden bagian tanah inti yang masih mengandung emas
serta mineral pengotor seperti mineral sulfida, mineral karbonat, dan mineral
lempung menggunakan bakteri pengoksidasi besi dan sulfur.
Serangkaian percobaan diawali dengan penggerusan menggunakan Ball Mill bijih
yang kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran lolos 75 mikron (-75 ?m).
Selanjutnya, bijih dihomogenisasi dan disampling untuk keperluan karakterisasi
dan percobaan biooksidasi. Sebelum dilakukan percobaan biooksidasi, dilakukan
pembuatan kurva tumbuh bakteri untuk menentukan waktu optimum inkubasi
bakteri-bakteri yang akan digunakan pada percobaan selanjutnya. Selain itu,
dilakukan pula percobaan sianidasi langsung pada bijih tanpa perlakuan biooksidasi
untuk mengetahui pengaruh proses tersebut dalam meningkatkan persen ekstraksi
emas. Kemudian barulah dilakukan percobaan biooksidasi pendahuluan untuk
menentukan jenis bakteri terbaik dalam percobaan ini. Setelah itu, dilakukan
percobaan biooksidasi inti menggunakan bakteri terbaik dengan beberapa variasi
meliputi persen inokulum, penambahan konsentrasi pirit (FeS2), dan besi sulfat
(FeSO4.7H2O). Sianidasi dilakukan setelah proses biooksidasi berakhir, dilanjutkan
dengan digesti akua regia residu sianidasi.
Hasil analisis menunjukkan bijih emas mengandung mineral kuarsa dan kalsit
sebagai mineral pengotor yang dominan dalam bijih, sedangkan partikel emas
berukuran kecil dan terinklusi pada mineral sulfida sehingga didapatkan persen
preg-robbing dari bijih emas tersebut sebesar 72,55%. Persen ekstraksi emas hasil
sianidasi langsung bijih tanpa biooksidasi sebesar 76,57%. Proses biooksidasi dapat
meningkatkan persen ekstraksi emas tersebut dengan bakteri terbaik dalam
percobaan yaitu Bacillus aryabhattai strain SKC-5 dimana didapatkan persen
ekstraksi emas hasil sianidasi sebesar 88,61%. Variasi yang dilakukan dapat
meningkatkan persen ekstraksi emas hasil sianidasi hingga sebesar 90,37% dengan
persen inokulum bakteri sebesar 5%, konsentrasi pirit (FeS2) sebesar 9 g/l, dan
konsentrasi besi sulfat (FeSO4.7H2O) sebesar 6,7 g/l. Oleh karena itu, proses
biooksidasi telah terbukti meningkatkan ekstraksi emas dengan biaya yang murah
dan ramah lingkungan serta berpotensi untuk diaplikasikan ke skala lapangan
dengan optimasi lebih lanjut.