digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Seiring dengan semakin berkurangnya bijih emas non-refraktori, pengolahan bijih emas refraktori mulai dipertimbangkan. Untuk mengolah bijih emas refraktori diperlukan proses pre-treatment bijih emas refraktori untuk meningkatkan persen ekstraksi emasnya, sehingga dikembangkanlah proses biooksidasi. Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan biooksidasi terhadap mineral waste emas tipe clay yaitu mineral dari overburden bagian tanah inti yang masih mengandung emas serta mineral pengotor seperti mineral sulfida, mineral karbonat, dan mineral lempung menggunakan bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Serangkaian percobaan diawali dengan penggerusan menggunakan Ball Mill bijih yang kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran lolos 75 mikron (-75 ?m). Selanjutnya, bijih dihomogenisasi dan disampling untuk keperluan karakterisasi dan percobaan biooksidasi. Sebelum dilakukan percobaan biooksidasi, dilakukan pembuatan kurva tumbuh bakteri untuk menentukan waktu optimum inkubasi bakteri-bakteri yang akan digunakan pada percobaan selanjutnya. Selain itu, dilakukan pula percobaan sianidasi langsung pada bijih tanpa perlakuan biooksidasi untuk mengetahui pengaruh proses tersebut dalam meningkatkan persen ekstraksi emas. Kemudian barulah dilakukan percobaan biooksidasi pendahuluan untuk menentukan jenis bakteri terbaik dalam percobaan ini. Setelah itu, dilakukan percobaan biooksidasi inti menggunakan bakteri terbaik dengan beberapa variasi meliputi persen inokulum, penambahan konsentrasi pirit (FeS2), dan besi sulfat (FeSO4.7H2O). Sianidasi dilakukan setelah proses biooksidasi berakhir, dilanjutkan dengan digesti akua regia residu sianidasi. Hasil analisis menunjukkan bijih emas mengandung mineral kuarsa dan kalsit sebagai mineral pengotor yang dominan dalam bijih, sedangkan partikel emas berukuran kecil dan terinklusi pada mineral sulfida sehingga didapatkan persen preg-robbing dari bijih emas tersebut sebesar 72,55%. Persen ekstraksi emas hasil sianidasi langsung bijih tanpa biooksidasi sebesar 76,57%. Proses biooksidasi dapat meningkatkan persen ekstraksi emas tersebut dengan bakteri terbaik dalam percobaan yaitu Bacillus aryabhattai strain SKC-5 dimana didapatkan persen ekstraksi emas hasil sianidasi sebesar 88,61%. Variasi yang dilakukan dapat meningkatkan persen ekstraksi emas hasil sianidasi hingga sebesar 90,37% dengan persen inokulum bakteri sebesar 5%, konsentrasi pirit (FeS2) sebesar 9 g/l, dan konsentrasi besi sulfat (FeSO4.7H2O) sebesar 6,7 g/l. Oleh karena itu, proses biooksidasi telah terbukti meningkatkan ekstraksi emas dengan biaya yang murah dan ramah lingkungan serta berpotensi untuk diaplikasikan ke skala lapangan dengan optimasi lebih lanjut.