Produksi tembaga dunia pada tahun 2017 diperkirakan sebesar 19,7 juta ton dimana negara
penghasil utama tembaga adalah Chile, Peru, dan China. Kebanyakan tembaga digunakan
untuk peralatan listrik (60%); konstruksi, seperti atap dan pipa (20%); mesin industri, seperti
penukar panas (15%); dan paduan logam (5%). Saat ini, sebesar 80% produksi tembaga di
dunia masih didominasi teknologi pirometalurgi. Namun, proses pengolahan secara
pirometalurgi membutuhkan konsumsi energi yang tinggi. Pada proses hidrometalurgi,
adanya kebutuhan reagen kimia dalam proses pelindian menyebabkan biaya operasi menjadi
meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pengolahan yang ekonomis dan ramah
lingkungan yaitu bioleaching. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi proses bioleaching
pada bijih tembaga sulfida dalam medium Fe-Broth untuk menaikkan persen ekstraksi
tembaga. Adapun bijih yang digunakan berasal dari PT Batutua Tembaga Raya, Pulau Wetar.
Serangkaian percobaan diawali dengan preparasi bijih tembaga sulfida sehingga didapatkan
fraksi ukuran -200# (75?m). Kemudian, bijih di-sampling menggunakan metode riffle untuk
keperluan karakterisasi bijih menggunakan XRD, XRF dan FTIR. Sebelum dilakukan
bioleaching, terlebih dahulu dilakukan pengukuran kurva pertumbuhan bakteri untuk
mengetahui waktu optimal pertumbuhan bakteri pada proses bioleaching. Terdapat tiga jenis
bakteri yang digunakan yaitu Alicyclobacillus ferrooxydans, Bacilus aryabhattai SKC-5 dan
Citrobacter freundii SKC-4. Selanjutnya, proses bioleaching dilakukan pada erlenmeyer
dengan volume 100 mL. Variasi optimasi yang digunakan pada penelitian ini meliputi rasio
bakteri, persen inokulum dan persen solid. Pelindian dilakukan secara duplo selama 10 hari
pada suhu ruang. Persen ekstraksi dari logam dominan Cu dan Fe diukur setiap hari dengan
menggunakan atomic absorption spectrophotometer (AAS) terhadap sampel larutan hasil
pelindian. Residu dari pelindian terbaik dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan XRD,
SEM-EDS dan FTIR untuk mengetahui perubahan dari mineral pasca pelindian.
Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa mineral tembaga pada bijih terdapat dalam bentuk
kovelit (CuS) dan kalkopirit (CuFeS2) dimana bakteri pengoksidasi besi dan sulfur
menghasilkan asam untuk melindi bijih. Persen ekstraksi Cu tertinggi diperoleh pada rasio
bakteri Bacilus aryabhattai SKC-5 dan Citrobacter freundii SKC-4 sebesar 1:2 pada persen
inokulum 10% (v/v) serta persen solid 10% (w/v) dengan persen ekstraksi sebesar 98,02%.
Nilai selektivitas Cu terhadap Fe yang diperoleh sebesar 0,8985.